Dunia

Menlu Turki serukan dialog segera dengan Uni Eropa

Dalam wawancara dengan kantor berita Italia, Menlu Turki Cavusoglu membahas sengketa Mediterania, Libya dan Armenia-Azerbaijan dan menekankan peran utama Italia

Muhammad Abdullah Azzam  | 08.10.2020 - Update : 08.10.2020
Menlu Turki serukan dialog segera dengan Uni Eropa Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. (Fatih Aktaş - Anadolu Agency )

Roma

Giada Zampano

ROMA

Menteri Luar Negeri Turki menyerukan dialog mendesak antara Ankara dan Uni Eropa (UE) untuk mengatasi ketegangan yang meningkat di Mediterania Timur, Libya, dan konflik Azerbaijan-Armenia.

Dalam wawancara dengan kantor berita Italia Agenzia Nova selama kunjungannya ke Roma, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan dirinya menganggap Italia sebagai "sekutu NATO yang kuat dan mitra yang seimbang dalam masalah-masalah regional."

Dia menambahkan bahwa Turki kecewa dengan hasil Dewan Khusus Uni Eropa pada 1-2 Oktober, yang menurut dia "tidak memberikan hasil yang diharapkan."

Cavusoglu menuduh Uni Eropa "disandera oleh tuntutan maksimalis Yunani dan Siprus Yunani".

Ketegangan memuncak selama berbulan-bulan karena Yunani telah mempermasalahkan hak Turki atas eksplorasi energi di Mediterania Timur.

Ankara mengirimkan kapal bornya untuk mengeksplorasi energi di landas kontinennya, menegaskan haknya di wilayah tersebut serta hak Republik Turki Siprus Utara.

Negara-negara UE mencoba menengahi konflik antara Turki dan Yunani atas tuntutan mereka yang saling bertentangan.

Turki mengatakan bahwa klaim wilayah maritim Yunani di wilayah tersebut, yang didasarkan pada pulau-pulau kecil dekat pantai Turki, melanggar hukum internasional.

“Turki adalah pasar listrik dan gas yang paling berkembang dan terbesar di kawasan itu,” kata Cavusoglu.

“Tidak mungkin membangun mekanisme yang berfungsi dan bermanfaat di Mediterania Timur dengan mengabaikan fakta-fakta ini,” ujar dia.

Cavusoglu mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk menormalisasi hubungan kami dengan UE.

Menanggapi konflik Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan, menteri Turki itu menekankan bahwa "satu-satunya solusi yang layak untuk konflik tersebut adalah melalui penarikan total pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan yang diduduki sesuai dengan hukum internasional."

Dia mencatat bahwa "kita membutuhkan lebih dari sekadar gencatan senjata".

Dia menyerukan "seruan yang jelas pada Armenia untuk meninggalkan ekspansionismenya."

Bentrokan yang sedang berlangsung dimulai pada 27 September, ketika pasukan Armenia menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di wilayah tersebut, yang menyebabkan korban jiwa.

Hubungan antara dua bekas republik Soviet telah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, juga dikenal sebagai Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.

Berbagai resolusi PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan Armenia.

“Jika Armenia memilih untuk menjadi mitra yang konstruktif dan bertanggung jawab untuk perdamaian di kawasan itu, termasuk dengan Azerbaijan, itu akan banyak keuntungannya,” kata Cavusoglu.

Menlu Turki pada Jumat bertemu dengan sejawatnya dari Italia Luigi Di Maio di Roma guna membahas situasi di Libya, menekankan pentingnya peran Italia di kawasan itu.

Dia mengatakan bahwa Turki dan Italia sedang bekerja untuk mengawal Konferensi Berlin ke "solusi politik yang berkelanjutan, layak, bertahan lama, dan sah di Libya.”

Menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan hasil pemilihan presiden AS yang akan datang, Cavusoglu mengatakan bahwa hubungan dengan AS terus berkembang di bawah pemerintahan Republik dan Demokrat.

“Oleh karena itu, Turki akan terus terlibat secara konstruktif dengan AS terlepas dari siapa yang menang,” pungkas dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın