Mencairnya gletser di kutub picu kebakaran hutan
Peneliti Turkiye memperingatkan kebakaran hutan, dan peristiwa cuaca ekstrem jika perubahan iklim tidak ditangani

ISTANBUL
Perubahan iklim menyebabkan peningkatan pencairan gletser yang signifikan, dan ini secara tidak langsung memicu kebakaran hutan, kata seorang akademisi Turkiye.
Meningkatnya pencairan gletser kutub, yang mencegah dunia dari kepanasan dengan memantulkan sekitar 80 persen sinar matahari, meningkatkan jumlah dan frekuensi peristiwa cuaca ekstrem yang mempengaruhi keseimbangan hidrometeorologi, kata Murat Turkes, peneliti perubahan iklim dari Universitas Bogazici di Istanbul, kepada Anadolu.
Peristiwa cuaca ini, yang memanifestasikan dirinya sebagai peningkatan suhu, kekeringan, perubahan curah hujan, dan angin kencang, merupakan faktor penting yang menyebabkan kebakaran hutan.
Turkes mengatakan lingkaran es, yang terdiri dari kutub, gletser benua, perisai glasial dan gletser laut, serta gletser lembah Alpine di pegunungan tinggi, merupakan salah satu komponen yang membentuk sistem iklim.
Agar gletser terus bertahan, harus turun salju, dan harus ada iklim yang memungkinkan salju tetap berada di tanah untuk sementara waktu dan berada di sekitar gletser di pegunungan, kata dia.
"Di situlah masalahnya. Dalam 50 tahun terakhir, gletser di banyak wilayah di dunia telah menyusut volume dan luasnya karena iklim menghangat, hujan salju turun, bahkan jika turun salju, udara suhu meningkat karena mencair dengan cepat, dan gletser tidak dapat bertahan,” kata Turkes.
“Jika gletser terus mencair pada tingkat ini, kutub akan menghangat selama abad berikutnya, dan dunia di mana gletser benar-benar meleleh mungkin akan mencapai 10 derajat Celcius dan lebih hangat dari hari ini,” sebut dia.
Artinya kondisi tropis, sangat panas, sangat kering akan terjadi di Turkiye, kata dia, sambil menggambarkan situasi yang disaksikan negaranya akhir-akhir ini.
Krisis serius
Turkes menekankan bahwa suhu dan kekeringan menyebabkan krisis serius di bidang pertanian, penurunan hasil pertanian yang cepat, penurunan sumber daya air dan perluasan kebakaran hutan dalam skala luas.
Dia memperingatkan bahwa risiko kebakaran akan meluas mulai pertengahan musim semi hingga pertengahan musim gugur untuk waktu yang lebih lama, dan risiko kebakaran besar juga akan meningkat.
“Sementara hutan adalah penyerap karbon, karbon dioksida juga dilepaskan ke atmosfer saat dibakar,” tutur dia, sambil mencatat bahwa hilangnya hutan berarti berkurangnya sumber daya air.
Di dunia yang lebih hangat, penguapan berlangsung cepat dan dalam jumlah besar, menyebabkan banjir dan tanah longsor, imbuh dia.
“Jika perubahan iklim tidak dicegah, situasi negatif yang diamati hari ini akan semakin cepat memburuk dan kita akan mulai mengalami skenario buruk sebelum akhir abad ini,” tekan Turkes.
Risiko kekeringan
Yusuf Serengil, akademisi dari Universitas Istanbul, mengatakan kepada Anadolu bahwa meski gletser kutub tidak berdampak langsung pada kebakaran hutan, namun hal itu telah berdampak pada musim.
Dia mengungkapkan bahwa penguapan juga meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
“Kekeringan adalah perbandingan antara penguapan dan suhu, dan hal kritis di sini adalah peningkatan penguapan, yang merupakan sumber stres tambahan,” kata Serengil.
Akademisi Turki itu menarik perhatian pada fakta bahwa perubahan iklim merupakan faktor penting dalam kebakaran hutan, dan menggarisbawahi, "Musim kebakaran dimulai pada akhir Mei dan berlangsung hingga akhir September di Turkiye."
“Bulan-bulan musim dingin yang lebih hangat memperpanjang musim kebakaran hingga Oktober,” imbuh dia.
Serengil mengatakan bahwa dengan mencairnya gletser kutub, lebih banyak air yang masuk ke sistem lingkungan, dan sistem tersebut berakselerasi dengan lebih banyak energi dari matahari, menyebabkan hujan lebat dalam waktu yang lebih singkat.
"Saya memperkirakan kekeringan yang sangat serius di Turkiye dalam 10 tahun ke depan," tukas dia.