Jejak Indonesia di Palestina
Nyawa Onim, istri dan anaknya hampir terenggut saat agresi Israel tahun 2014

Regional
Iqbal Musyaffa
JAKARTA
Jarak Indonesia dan Palestina memang terbentang ribuan kilometer jauhnya. Namun, secara emosional, Indonesia sangat dekat di hati masyarakat Palestina. Begitu juga sebaliknya.
Tiap terjadi arogansi otoritas Israel di Palestina seperti Gaza, Masjid al-Aqsa, atau lokasi lainnya, dukungan do’a dan materi selalu mengalir deras dari masyarakat Indonesia.
Bahkan, ada warga negara Indonesia yang sudah lama rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga untuk menetap dan mendukung perjuangan bangsa Palestina. Salah satunya adalah Abdillah Onim, pria asal Halmahera Utara, Maluku Utara.
Dengan ramah, Onim berbagi cerita kepada Anadolu Agency terkait kepedulian Indonesia di Palestina, khususnya di Gaza, tempat domisilinya sejak 2008.
“Setiap aktivitas kemanusiaan bersama rekan-rekan di sini, saya selalu mengangkat nama Indonesia karena yang memberi bantuan adalah rakyat Indonesia,” ujar suami muslimah Gaza, Rajaa al-Hirthani Onim kini sedang hamil muda.
Bahkan, karena dekatnya Indonesia di hati masyarakat Palestina, setiap hari kemerdekaan Indonesia selalu dirayakan secara rutin di Palestina. Onim berharap, ikatan tersebut tidak hanya secara materi dan emosional, melainkan hubungan akrab yang akan terus terjaga.
“Saya yakin rakyat dan pemerintah Indonesia sampai sekarang masih berkomitmen mendukung kemerdekaan Palestina menjadi negara berdaulat,” jelas sarjana ekonomi dari sebuah universitas di Jakarta ini.
Onim kini berusaha mengubah image rakyat Indonesia terhadap persoalan Palestina. Ia berharap, dukungan tidak hanya mengalir secara materi, tetapi juga aksi nyata agar Palestina dapat keluar dari penjajahan Israel.
Hingga kini, tak kurang dari 30 NGO asal Indonesia menjalin kerja sama penyaluran bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. “Untuk persoalan Palestina, saya yakin kita akan kuat jika bersatu menjalin kerja sama dengan siapa saja. Yang saya lakukan di Palestina ini murni kemanusiaan bukan berharap materi,” terang ayah Marwah Filindo dan Nusantara ini.
Di Palestina, Onim beraktivitas sebagai wartawan dan juga dipercaya sebagai ketua lembaga Daarul Qur’an pimpinan Yusuf Mansur. Jumlah santrinya lebih dari 250 orang.
Onim juga memonitor dompet peduli umat Daarut Tauhid. Lembaga kemanusiaan milik dai kondang Aa Gym ini fokus pada pembangunan masjid, tahfidz, dan pusat pemberdayaan muslimah dan janda melalui pelatihan menjahit dan peternakan.
Onim juga membuka kantor berita Suara Palestina News Agency di Gaza. Tujuannya agar ada keseimbangan pemberitaan terkait kondisi Palestina.
“Karena media luar sana kadang tidak serius dalam pemberitaan tentang Palestina. Mereka hanya mengikuti perkembangan jika ada konflik. Masyarakat Indonesia dapat mengakses dengan mudah kantor berita miliknya di www.suarapalestina.com,” jelasnya.
Menurut Onim, keberadaan kantor berita ini dapat mengurangi pengangguran di Gaza. Sebab, media ini dikelola wartawan Palestina yang lebih paham nasib bangsanya. Dari 2 juta jiwa warga Gaza, 1,5 juta warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan.
Bukti kedekatan Palestina di hati rakyat Indonesia terlihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang menitipkan donasi kepada Onim. Salah satu bantuan masyarakat Indonesia berupa sekolah gratis TK Nurani Indonesia bagi anak yatim di Gaza.
Onim juga mengkoordinir program orang tua asuh untuk anak yatim Palestina, ini program pertama dari Indonesia. Di Gaza sendiri terdapat 28.000 lebih anak yatim. Tugas Onim membantu mencarikan orang tua asuh di Indonesia.
“Orang tua asuh di Indonesia memberikan santunan sebesar Rp.600.000 perbulan untuk anak asuhnya. Program ini sudah berjalan dua bulan dan sudah ada 500 orang Indonesia yang kini memiliki anak yatim asuhan di Gaza,” jelasnya.
Selain itu, tidak kurang dari 17 program lainnya seperti qurban dan zakat rutin diberikan untuk rakyat Gaza. “Alhamdulillah masyarakat Indonesia dan pemerintahnya melalui KBRI di Kairo dan KBRI di Jordan aktif menjalin komunikasi dengan saya secara rutin,” terang Onim.
Dalam menyalurkan bantuan, pria asal Galela ini berkoordinasi dengan lebih dari 15 lembaga lokal di Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem. Program tersebut seluruhnya diarahkan kepada anak yatim, janda, serta keluarga fakir.
“Untuk kemurnian tujuan dari program ini, saya tidak terafiliasi dengan partai ataupun faksi manapun. Karena sekali lagi, untuk persoalan Palestina, saya harus merangkul semua elemen,” jelasnya.
Berbagai tenaga dengan bermacam latar belakang dihimpun sebagai tim realisasi program kemanusiaan yang dilakukannya. Terdapat lebih dari 30 orang dengan profesi seperti insinyur, guru, wartawan, aktivis, desain media, dan lainnya yang menjalani semua program bantuan kemanusiaan dari Indonesia.
Tugas Onim mengkoordinir dan memonitor pelaksanaan program. Saat pembagian bantuan, ia juga selalu berada di lapangan.
“Cara ini untuk meyakinkan bahwa bantuan dari masyarakat Indonesia tidak disalahgunakan. Ini adalah amanah yang akan saya pertanggungjawabkan kepada pihak NGO, masyarakat dan pemerintah Indonesia, serta terutama di hadapan Allah saat di akhirat kelak,” terang dia.
Perjuangan ini tentu tidak mudah dan sangat membahayakan keselamatannya. Nyawanya beserta istri dan anaknya hampir terenggut pada saat agresi Israel di tahun 2014. Ketika itu, roket Israel menghantam lokasi sekitar 20 meter dari pusat tahfidz Daarul Qur’an.
“Alhamdulillah kami selamat meskipun lokasi hantaman roket sangat dekat dari tempat kami berada. Kaca pecah, tembok pun hancur," kenang dia.
Saat itu juga Onim dan keluarga keluar dari rumah menuju rumah mertua di kota Jabaliya. Ternyata 1 pekan kemudian, roket Israel kembali menghantam markaz tahfidz Daarul Qur'an hingga hancur lebur. "Kini kami sudah bangun kembali,” kenang Onim.
Onim mengaku heran, serangan Israel menyasar lokasi yang sama sekali tak melakukan aktivitas politik ataupun perlawanan. Tempat tersebut hanya pusat membaca dan menghafal Al-Qur’an.
Memasuki tahun kedelapannya di Gaza, Onim dan istri bermimpi dapat membangun sekolah dan asrama, khusus untuk anak yatim di Palestina. Namun, hingga kini mimpinya belum tercapai. "Semoga Allah SWT mudahkan urusan kami," doa Onim.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.