Dunia

Ilmuwan Peringatkan Ancaman Ikan Singa Invasif di Mediterania

Ikan singa mampu berkembang biak secara intensif dalam jangka waktu yang jauh lebih panjang dibandingkan spesies ikan asli Mediterania

Gulseli Kenarli, Asiye Latife Yilmaz  | 26.12.2025 - Update : 26.12.2025
Ilmuwan Peringatkan Ancaman Ikan Singa Invasif di Mediterania

ISTANBUL

Perkembangbiakan ikan singa (lionfish) yang bersifat invasif semakin mengancam ekosistem Laut Mediterania, dipicu oleh perubahan iklim, musim pemijahan yang panjang, serta ketiadaan predator alami, demikian peringatan para ilmuwan di Türkiye.

Penelitian yang dilakukan para akademisi Universitas Istanbul di perairan Fethiye dan Kas, Türkiye barat daya, menunjukkan bahwa ikan singa mampu berkembang biak secara intensif dalam jangka waktu yang jauh lebih panjang dibandingkan spesies ikan asli Mediterania. Studi tersebut dipublikasikan dalam Journal of Fish Biology.

Dalam penelitian itu, para peneliti menganalisis 605 ekor ikan singa, terdiri atas 277 jantan, 302 betina, dan 26 individu dengan jenis kelamin tidak teridentifikasi. Sampel dikumpulkan menggunakan jaring insang skala kecil serta melalui penyelaman tombak selama musim panas, dari kedalaman 20 hingga 70 meter.

Hasil analisis menunjukkan aktivitas pemijahan ikan singa betina paling intens terjadi antara Juni hingga November. Namun, individu yang aktif secara reproduktif dapat memijah sejak Maret hingga November. Kondisi perairan yang lebih hangat akibat perubahan iklim disebut memperpanjang musim reproduksi dan mempercepat penyebaran spesies ini di Mediterania.

Penelitian tersebut mencatat ikan singa betina mencapai kematangan seksual pada panjang sekitar 20,1 sentimeter. Dalam satu kali pemijahan, seekor betina rata-rata dapat melepaskan lebih dari 20.000 telur, bahkan hingga 66.000 telur pada kondisi tertentu.

Dosen Fakultas Ilmu Perairan Universitas Istanbul, Taner Yildiz, mengatakan musim reproduksi ikan singa berlangsung sekitar delapan hingga sembilan bulan. Sebaliknya, banyak spesies ikan Mediterania bernilai ekonomi, seperti barbuni, pandora, gilthead seabream, dan kerapu, hanya memiliki masa pemijahan dua hingga tiga bulan, atau maksimal empat hingga lima bulan.

Menurut Yildiz, perbedaan ini menciptakan ketidakseimbangan kompetisi yang serius. Ikan singa memiliki keunggulan biologis karena mampu memijah berulang kali dalam periode panjang, sehingga meningkatkan tekanan terhadap telur dan juvenil spesies asli.

Ia menambahkan bahwa penyebaran cepat ikan singa tidak semata-mata disebabkan oleh kematangan seksual dini, melainkan kombinasi dari adaptasi tinggi, produksi telur yang besar, suhu laut yang meningkat, minimnya predator, serta tersedianya habitat buatan yang menyerupai terumbu karang.

Meski demikian, Yildiz menilai upaya pengendalian ikan singa di kawasan Mediterania masih belum memadai. Ia menyebut program insentif yang diterapkan Türkiye untuk mengendalikan ikan buntal sebagai contoh yang bisa dikembangkan untuk ikan singa.

Ia juga menyoroti rencana Kementerian Pertanian dan Kehutanan Türkiye untuk membangun Pusat Pemantauan Spesies Invasif berstandar internasional di Provinsi Antalya. Langkah ini dinilai penting untuk deteksi dini, pemantauan, serta penilaian dampak ekologis spesies asing.

Yildiz menegaskan bahwa pemberantasan total ikan singa hampir tidak mungkin dilakukan. Namun, tekanan terhadap ekosistem dapat dikurangi melalui program penangkapan rutin di wilayah sensitif, pelonggaran terbatas aturan penangkapan khusus spesies invasif, serta promosi konsumsi ikan singa secara aman.

Menurutnya, program pengendalian yang berbasis sains, berkelanjutan, dan terkoordinasi dapat membantu menekan populasi ikan singa secara fungsional dan mengurangi ancamannya terhadap ekosistem Mediterania.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın