Türkİye, Dunia, Analisis

ANALISIS- Apakah Arab Saudi benar-benar boikot produk Turki?

Hubungan antara dua negara memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena sikap tegas yang diambil dalam sejumlah masalah

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 16.10.2020 - Update : 22.10.2020
ANALISIS- Apakah Arab Saudi benar-benar boikot produk Turki? Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) bertemu Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani di Doha, Qatar pada 2 Juli 2020. (Murat Cetinmuhurdar – Anadolu Agency)

Ankara

Ihsan Al-Faqih

ISTANBUL

Sejumlah media melaporkan bahwa otoritas yang bertanggung jawab atas sektor komersial Arab Saudi telah menekan perusahaan Saudi untuk menghentikan transaksi komersial dengan Turki, termasuk memboikot produk, investasi dan pariwisata Turki.

Hubungan kedua negara memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena sikap tegas yang diambil oleh kedua negara atas sejumlah masalah, mulai dari dukungan Ankara untuk Arab Spring hingga dukungan kepada Qatar dalam menghadapi keputusan Arab Saudi, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir untuk memboikot negara Teluk kecil itu pada Juni 2017.

Ketegangan meningkat setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Sikap keras Turki yang menuntut persidangan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhannya hanya memperburuk situasi.

Baru-baru ini, kampanye untuk membatasi hubungan komersial dengan Turki telah memperjelas karakter mereka, setelah ketua Dewan Kamar Dagang Saudi Ajlan Al-Ajlan, didukung oleh individu-individu yang dekat dengan lingkaran penguasa yang mengatur kampanye dengan outlet media dan media social, mendesak pemutusan hubungan perdagangan antara Kerajaan dan Turki.

Bulan lalu, UEA dan Bahrain, dua sekutu terdekat Arab Saudi, secara resmi menandatangani perjanjian yang ditengahi AS di Washington untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Para pengamat yakin ada hubungan antara kampanye "semi-resmi" Saudi untuk memboikot produk Turki dan pemulihan hubungan "informal" yang tidak langsung antara Arab Saudi dan Israel serta kemungkinan barang-barang Israel memasuki pasar Saudi melalui Bahrain dan UEA.

Pangeran Bandar bin Sultan, mantan duta besar Saudi untuk Washington, baru-baru ini mengkritik kepemimpinan Palestina karena menyia-nyiakan kesempatan bagi rakyatnya untuk mencapai penyelesaian dengan Israel. Analis menilai komentar Bandar sebagai upaya untuk mempengaruhi opini publik menuju penerimaan yang lebih besar dari Israel.

Analis yakin bahwa komentar seperti yang dibuat oleh Ajlan tidak dapat dibuat tanpa "restu" dari kepemimpinan Saudi, mengingat catatan buruk Kerajaan dalam memberikan kebebasan berekspresi kepada warganya.

Arab Saudi, seperti dikutip kantor media pemerintah, telah membantah validitas laporan yang berbicara tentang keputusan resmi melarang produk Turki memasuki wilayah kerajaan. Kantor itu menambahkan bahwa Kerajaan berkomitmen pada perjanjian dan kesepakatan internasional serta perdagangan bebas.

Arab Saudi menegaskan bahwa perdagangan antara kedua negara tidak mengalami penurunan yang signifikan dan bahwa perlambatan baru-baru ini berasal dari dampak global pandemi Covid-19.

Sementara itu, pernyataan bersama pada 10 Oktober oleh kepala delapan kelompok bisnis terbesar Turki menyebutkan bahwa perusahaan Saudi mengeluh karena dipaksa oleh pemerintah menandatangani surat yang mewajibkan mereka untuk tidak mengimpor barang dari Turki. Kelompok-kelompok itu juga mengeluh bahwa kontraktor Turki tidak diikutsertakan dalam penawaran tender utama Saudi.

Kelompok-kelompok yang menandatangani pernyataan bersama tersebut antara lain perusahaan ekspor tekstil, kontraktor, pengusaha terkemuka, pengurus serikat pekerja, Kantor Hubungan Ekonomi Luar Negeri, Asosiasi Eksportir dan Federasi Kamar dan Bursa Komoditi.

Kepala Komite Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turki Nail Olpak mengatakan dalam pernyataan pers pada 2 Oktober bahwa dia telah menerima informasi dari anggota komite boikot Arab Saudi atas produk Turki sejak awal bulan ini.

Menurut situs web Kementerian Luar Negeri Turki, volume perdagangan antara kedua negara pada 2015 berjumlah sekitar USD5,59 miliar dan menurun pada tahun berikutnya menjadi USD5 miliar, disusul dengan USD4,84 miliar pada 2017. Namun, pada 2018 dan 2019, naik menjadi USD4,95 miliar dan USD5,1 miliar.

Neraca perdagangan cenderung menguntungkan Turki. Antara 2015 hingga 2017, ekspor Turki ke Arab Saudi melampaui impor Saudi sekitar USD1,3 miliar, dengan Turki mengekspor lebih banyak ke Saudi daripada yang diimpor dari kerajaan itu. Namun, selisihnya menipis menjadi USD300 juta pada 2018 sebagai indikasi penurunan ekspor Turki di puncak perbedaan politik antara kedua negara. Pada 2019, neraca perdagangan kembali menjadi USD1,3 miliar.

Berdasarkan hal ini, kecil kemungkinan boikot produk Turki akan berdampak penting pada ekonomi Turki, meskipun beberapa perusahaan, investor dan pengusaha Turki yang menjadikan pasar Saudi sebagai prioritas untuk kegiatan komersial akan terpengaruh.

Di sisi lain, ekspor Saudi ke Turki antara Januari dan Agustus berjumlah USD1,1 miliar, sementara pada periode yang sama tahun lalu mencapai USD1,44 miliar, turun sebesar USD340 juta.

Alasan penurunan tingkat pertukaran perdagangan antara kedua negara selama bulan-bulan tersebut mungkin tidak terkait dengan ketegangan politik di antara mereka, karena sebagian besar negara di dunia mengalami penutupan total atau sebagian yang disebabkan oleh virus korona.

Produk Turki mencakup area penting dari pasar konsumsi harian bagi warga Saudi dan disukai karena harga yang lebih rendah dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk dari negara lain, dan oleh karena itu memboikotnya bisa berarti beban tambahan bagi konsumen Saudi.

Warga Saudi yang bereaksi terhadap berita tentang pemboikotan produk Turki di media social tampaknya menolak langkah tersebut, yang kemungkinan alternatifnya adalah mengimpor melalui pelabuhan Jebel Ali di UEA, namun menghadapi kecaman luas di kalangan Saudi karena mengizinkan masuknya barang-barang yang dipalsukan.

Oleh karena itu, pemerintah Saudi diperkirakan tidak akan mengambil keputusan resmi untuk melarang impor produk Turki dan menghentikan transaksi komersial dengan perusahaan dan investor Turki.

*Ibrahim Mukhtar berkontribusi pada berita ini dari Ankara

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.