Regional

Sidang Suu Kyi kembali ditunda karena koneksi internet

Rezim militer telah memutus semua data seluler dan beberapa layanan Wi-Fi secara nasional demi mengekang aktivitas dan komunikasi demonstran anti kudeta

Pizaro Gozali Idrus  | 24.03.2021 - Update : 26.03.2021
Sidang Suu Kyi kembali ditunda karena koneksi internet Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi yang dikudeta. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Sidang online terhadap Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint yang dikudeta ditunda hingga 1 April karena kurangnya koneksi internet pengadilan Naypyitaw, kata tim hukum Liga Nasional untuk Demokrasi.

Rezim militer telah memutus semua data seluler dan beberapa layanan Wi-Fi secara nasional demi mengekang aktivitas dan komunikasi demonstran anti kudeta.

Suu Kyi dan Win Myint seharusnya menjalani sidang pada 15 Maret, namun ditunda hingga Rabu karena alasan tidak ada internet, lansir Myanmar Now.

Sejauh ini empat tuduhan diajukan rezim militer terhadap Suu Kyi, termasuk penghasutan, menggunakan walkie-talkie tanpa izin, dan melanggar protokol kesehatan selama periode kampanye pemilu 2020.

Suu Kyi, yang juga Ketua NLD, dituduh mengimpor walkie-talkie secara ilegal yang melanggar Undang-Undang Ekspor dan Impor dan melanggar Undang-Undang Manajemen Bencana Alam yang bertujuan mengekang Covid-19 saat berkampanye.

Tuduhan sama diajukan terhadap Presiden Win Myint.

Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga Myanmar yang tewas telah mencapai 275 seorang sejak kudeta militer 1 Februari lalu.

Dalam laporannya pada Selasa malam, Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), yang berbasis di Maesot, Thailand menyampaikan tambahan 14 orang tewas menyusul kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Dari jumlah tersebut, tiga orang ditembak mati di Mandalay dan satu orang ditabrak oleh kendaraan militer yang melaju dengan kecepatan tinggi di Dawei di Wilayah Tanintharyi pada Selasa.

Sementara, 10 lainnya tewas pada Senin dan baru ditambahkan pada Selasa.

“Jumlah korban sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi. Kami akan terus menambahkan,” terang AAPP.

Situasi di Myanmar terus bergejolak usai militer merebut kekuasaan pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Menanggapi kudeta tersebut, kelompok sipil di seluruh negeri meluncurkan kampanye pembangkangan sipil dengan demonstrasi massa dan aksi duduk.



Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın