Menag Malaysia dikecam usai sebut Xinjiang sebagai pusat pelatihan
Amnesty International Malaysia membantah klaim Mujahid dan menyebut etnis Uighur ditahan di pusat-pusat camp re-edukasi tanpa proses hukum

Jakarta Raya
Pizaro Gozali
JAKARTA
Menteri Agama Malaysia Mujahid Yusof Rawa mendapat kritik keras karena menyebut kamp penahanan Uighur di China sebagai institusi pelatihan dan kejuruan, lansir Straits Times pada Rabu.
Komentar itu disampaikan Mujahid Yusof Rawa usai mengunjungi Xinjiang pada pekan lalu.
Mujahid juga mengunggah sebuah foto ke akun Facebook miliknya yang menunjukkan orang-orang duduk di sebuah ruangan seolah sedang mendapatkan pelajaran.
"Kunjungan ke lembaga kejuruan dan pelatihan untuk komunitas Uighur di Xinjiang, Tiongkok," tulis Mujahid.
Amnesty International Malaysia membantah klaim Mujahid dan menyebut etnis Uighur ditahan di pusat-pusat camp re-edukasi tanpa proses hukum karena mereka dianggap tidak setia kepada Partai Komunis China.
"Orang-orang Uighur dan minoritas lainnya yang ditahan di kamp-kamp menjadi sasaran doktrin politik secara paksa, penyangkalan keyakinan, perlakuan buruk, dan beberapa orang mengalami kasus penyiksaan," kata Direktur Eksekutif Amnesty International Malaysia Shamini Darshni Kaliemuthu.
Shamini mengatakan tempat itu adalah kamp tahanan, bukan lembaga vokasional dan pelatihan seperti yang dikunjungi Mujahid.
"Amnesty International memiliki informasi langsung bahwa pihak berwenang China telah menahan Uighur dan Muslim Turki lainnya di luar proses hukum,” kata dia.
Amnesty juga mengingatkan Malaysia atas nasib mahasiswa PhD di Universiti Teknologi Malaysia, Guligeina Tashimaimaiti yang tidak ada kabar sejak kembali ke Xinjiang pada 26 September 2017.
Wilayah Xinjiang adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Mereka sejak lama menuding otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama, dan ekonomi.
Dalam dua tahun terakhir, China memperketat pembatasannya di kawasan itu. Pembatasan itu termasuk melarang laki-laki berjenggot dan perempuan memakai jilbab.