Setidaknya 14 orang tewas, lebih dari 120 orang hilang di Taiwan akibat banjir yang dipicu Topan Ragasa
Setidaknya 18 orang terluka saat pihak berwenang mengevakuasi lebih dari 3.000 orang ke lokasi yang aman

ANKARA
Setidaknya 14 orang tewas dan lebih dari 120 orang hilang setelah Topan Ragasa memicu banjir di Taiwan, menurut laporan media setempat pada Rabu.
Hujan deras pada hari Selasa menyebabkan Danau Penghalang Matai'an Creek meluap, mengirimkan aliran air deras ke Kotapraja Guangfu di Kabupaten Hualien, menggenangi jalan-jalan setinggi hampir satu lantai, dan menghanyutkan kendaraan, menurut Kantor Berita Pusat.
Beberapa bagian Jembatan Sungai Matai'an juga tersapu banjir.
Tim penyelamat berjuang untuk menemukan 124 orang hilang dan 18 orang lainnya terluka.
Otoritas setempat juga mengevakuasi lebih dari 3.000 orang ke lokasi yang aman dari kotamadya Guangfu, Fenglin, dan Wanrong.
Pejabat badan darurat memperingatkan jumlah korban dapat meningkat karena pengumpulan data korban terus berlanjut dan warga yang hilang belum ditemukan.
Di Filipina, pihak berwenang mengonfirmasi dua kematian lagi dan enam orang hilang akibat Topan Super Ragasa, sehingga jumlah korban tewas di utara Filipina bertambah menjadi tiga orang.
China evakuasi lebih dari 1 juta orang
Otoritas China memindahkan lebih dari satu juta orang ke lokasi aman setelah provinsi Guangdong di China Selatan meningkatkan respons darurat topan ke tingkat tertinggi saat Topan Super Ragasa mendekat pada hari Rabu, menurut media milik pemerintah.
Sejauh ini, lebih dari 1,04 juta orang telah direlokasi, dan lebih dari 80.000 kapal penangkap ikan telah diamankan di pelabuhan, lapor Xinhua News.
Hampir 12.300 pekerja lepas pantai juga telah dibawa ke darat saat badai tersebut, yang membawa angin berkecepatan hingga 55 meter per detik, bergerak maju menuju Delta Sungai Pearl.
Pihak berwenang menangguhkan kegiatan sekolah, bisnis, pabrik, dan transportasi di lebih dari 10 kota, termasuk Guangzhou, Shenzhen, Zhuhai, dan Dongguan.
Zhuhai memberlakukan kontrol lalu lintas di seluruh kota pada Selasa malam, melarang kendaraan yang tidak penting dan menghimbau penduduk untuk tetap berada di dalam rumah.
Pemerintah setempat juga mengerahkan ratusan personel penyelamat, petugas pemadam kebakaran, dan pekerja darurat sementara China National Offshore Oil Corporation mengevakuasi lebih dari 5.000 staf dari anjungannya di Laut Cina Selatan.