JAKARTA 

Center for Digital Studies (CFDS) Universitas Gadjah Mada menyebut kejahatan digital berbasis 'social enginering' atau memanipulasi psikologis untuk mendapatkan informasi rahasia tetap terjadi di masa pandemi Covid-19.

Peneliti CFDS Universitas Gadjah Mada Tony Seno Hartono mengatakan kejahatan digital tersebut di antaranya dengan teknik 'phising' atau melakukan penipuan untuk memberikan informasi rahasia seperti kata sandi.

Berdasarkan data Kapersky, kata dia, pada kuartal pertama 2020 di Indonesia terdapat 192.591 serangan 'phising' terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), naik dari 158.492 para kuartal pertama 2019.

"Peretas mengirim email terkait informasi Covid-19 dalam upaya memanfaatkan potensi keingintahuan dan kepanikan," kata Tony, dalam diskusi virtual pada Rabu.

Teknik kejahatan lain yang masih terjadi saat pandemi yakni dengan cara 'phone scam' atau penipu menelepon korban untuk meminta data rahasia kartu kredit.

Selain itu juga kejahatan dengan teknik 'SMShing' atau penipuan dengan mengatakan korban telah menang undian juga masih tetap terjadi.

Menurut dia, diperlukan adanya upaya membangun kompetensi keamanan teknologi digital.

Apalagi, kata dia, pandemi Covid-19 menghasilkan gaya hidup digital yang baru di kalangan masyarakat.

Dia pun meminta masyarakat melakukan perilaku sederhana yang dapat meningkatkan kompetensi keamanan digital.

Di antaranya dengan cara mengindari kata sandi yang mudah ditebak dan tidak membagikan kata sandi kepada orang lain dan terus memperbaharui diri dengan informasi mengenai penipuan dan keamanan digital.