LIPI: 59 persen sampah yang mengalir ke Teluk Jakarta merupakan plastik sekali pakai
Dari 59 persen aliran sampah plastik itu didominasi styrofoam, kantong kresek, sedotan, dan plastik pembungkus makanan
Jakarta Raya
JAKARTA
Studi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan bahwa 59 persen sampah yang mengalir ke Teluk Jakarta merupakan sampah plastik sekali pakai.
Studi tersebut dilakukan oleh peneliti LIPI, Reza Cordova dan Suci Nurhati yang memantau sampah di sembilan muara sungai di Jakarta, Tangerang dan Bekasi selama 13 bulan pada Juni 2015-2016.
“Kami menemukan dari 59 persen itu didominasi styrofoam, kantong kresek, sedotan, dan plastik pembungkus makanan ,” kata Reza kepada Anadolu Agency, Kamis.
Studi ini mengestimasi ada aliran sampah sebesar 8,32 ton per hari dari Kawasan Jakarta, Tangerang dan Bekasi ke Teluk Jakarta.
Satu ruas sungai di Tangerang menyumbang paling banyak sampah plastik dari segi jumlah ke Teluk Jakarta, sedangkan satu ruas sungai di Bekasi menyumbang paling banyak sampah plastik dari segi berat.
Tujuh ruas sungai di Jakarta yang diteliti justru menyumbang lebih sedikit sampah ke Teluk Jakarta dibandingkan dari Bekasi dan Tangerang.
Menurut Reza, hal dipengaruhi oleh program-program pembersihan sampah yang ada di Jakarta, misalnya pemasangan jaring sampah dan penugasan pasukan oranye untuk membersihkan sampah di sungai.
“Sementara di Tangerang dan Bekasti tidak ada program seperti itu sehingga yang mengalir ke laut akhirnya banyak,” kata dia.
Sampah plastik tidak hanya menjadi isu di Jakarta dan sekitarnya. Pemantauan LIPI di pantai-pantai di sejumlah wilayah Indonesia menunjukkan sampah plastik juga mendominasi sampah yang terdampar di pantai.
Lima kota terparah yakni Padang, Makassar, Manado, Bitung, dan Ambon yang kecenderungan jumlah sampah plastiknya lebih 50 persen dari total sampah yang terdampar di pantai.
“Kami menduga ada korelasi antara sampah yang masuk ke sungai dengan yang terdampar di pantai,” ujar Reza.
Menurut dia, studi ini penting sebagai acuan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang diperlukan serta mendorong kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, apalagi membuangnya ke sungai.
Pasalnya, sampah-sampah itu berasal dari aktivitas masyarakat, baik rumah tangga maupun industri yang berada di sekitar sungai-sungai.
“Misalnya di Tangerang dan Bekasi yang dekat dengan pemukiman nelayan, banyak juga yang membuang sampah langsung ke sungai, dari warung atau industri kecil,”kata Reza.
“Kami juga ingin dorong agar penggunaan plastik sekali pakai dikurangi, karena yang dominan dari sampah plastik itu adalah yang sifatnya sekali pakai,” lanjut dia.
Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di dunia setelah China karena garis pantai yang panjang dan laut yang luas.
