Politik

Kamisan ke-500: Korban HAM masih menunggu janji manis

Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan berjanji tak akan berhenti melakukan aksi Kamisan

27.07.2017 - Update : 28.07.2017
Kamisan ke-500: Korban HAM masih menunggu janji manis JAKARTA, INDONESIA, 27 JULI: Aksi Kamisan memperingati Kamis ke-500. Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) masih menuntut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia berat. (Megiza Asmail - Anadolu Agency)

Regional

Megiza Asmail

JAKARTA

Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) memperingati Kamis ke-500 mereka dalam menuntut penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Tidak seperti Kamis biasanya yang hanya diikuti oleh belasan peserta aksi, Kamisan kali ini dihadiri ratusan orang. 

Salah satu anggota presidium JSKK, Sumarsih, mengatakan aksi hari ini mempunyai tema khusus yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. ‘500 Kamis, Cuma Janji Manis’ disebut sebagai ungkapan kekecewaan yang pas untuk disampaikan kepada presiden. 

“Tema itu adalah ungkapan yang dirasakan oleh korban dan keluarga korban terhadap pemerintah yang enggak menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HA​M berat. Dalam nawacitanya, Presiden Jokowi berkomitmen ingin menyelesaikan kasus HAM masa lalu dan menghapus impunitas, tetapi sampai sekarang komitmen itu belum juga diwujudkan,” ujar Sumarsih.

Masa kepimpinan Jokowi yang tinggal dua tahun pun menjadi dasar keraguan JSKK akan penyelesaian kasus HAM yang diiming-imingi presiden. Meski demikian, Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965, Bedjo Untung, memastikan aksi Kamisan tidak akan berhenti digelar. 

“Kami akan tetap berjuang. Penegakkan hukum harusnya tidak tebang pilih. Hal ini tentu berguna untuk memulihkan kepercayaan masyarakat. Karena itu, kami sampaikan kepada pemerintah, tepatilah janji kalian,” kata dia. 

Sumarsih menceritakan, sebenarnya keluarga korban ataupun korban pelanggaran HAM sempat memiliki keyakinan terhadap Jokowi. Tepatnya, ketika presiden memasukkan janji untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM saat pencalonan presiden 2014 silam. 

“Memang, harusnya sih kami sudah tidak punya harapan ketika Pak Jokowi mengangkat Wiranto sebagai Menkopolhukam, orang yang diduga keras terlibat pelanggaran HAM pada aksi Semanggi I dan II, serta kerusuhan 1998. Ini kan berarti janji penyelesaian cuma digunakan untuk meraup suara saat Capres,” ujarnya.

Meski begitu, Sumarsih mengaku akan tetap menjaga harapan tersebut. Bagi dia dan teman-teman di JSKK, aksi Kamisan tidak akan berakhir karena telah menjadi momentum perjuangan rakyat dalam memperjuangkan penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat.

Di tempat terpisah, Suciwati Munir mengungkapkan telah merasa dikhianati oleh Jokowi. Janda mendiang tokoh pejuang HAM Munir Said Thalib, itu bahkan menyebut sang presiden tidak lebih sebagai seorang pembohong. 

“Kami enggak akan percaya lagi sama pernyataan itu. Kita bisa lihat hari ini Jokowi. Kita dikhianati karena Jokowi malah mengangkat penjahat HAM. Saya enggak akan percaya sama seorang Jokowi. Karena dia pembohong. Aktivis memilih Jokowi karena percaya dia akan memperbaiki sejarah di mana selama ini kita punya hutang sejarah,” bebernya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın