Ekonomi

Merger Axiata dan Telenor diujung tanduk

Telenor diperkirakan tidak bisa masuk ke pasar Indonesia sebagai aksi balasan larangan penggunaan minyak sawit oleh Uni Eropa

Muhammad Nazarudin Latief  | 20.08.2019 - Update : 20.08.2019
Merger Axiata dan Telenor diujung tanduk Ilustrasi: Seorang pengguna smartphone berdiri di depan tulisan teknologi 5G . (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Rencana penggabungan perusahaan antara Axiata Group dan Telenor nampaknya menghadapi hambatan serius.

Sumber-sumber The Star mengatakan bahwa kedua belah pihak sebenarnya masih menginginkan untuk menguatkan perusahaan menghadapi tantangan industri ke depan.

Kedua perusahaan ini sedang berusaha membuat merger menjadi mempunyai nilai tambah dan melakukan beberapa kompromi jika menginginkan kesepakatan yang saling menguntungkan.

Beberapa sumber mengatakan bahwa keduanya mungkin melakukan revaluasi aset setelah ada pembicaraan tentang bisnis menara Axiata lewat Edotco Group yang bernilai hampir SGD3 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dari penilaian sebelumnya ketika merger Axiata-Telenor diumumkan.

Apakah itu berarti bahwa dengan penilaian yang lebih tinggi, saham Axiata di MergedCo (perusahaan gabungan) akan lebih tinggi agar bisa menjadi merger yang seimbang?

Sebuah laporan Bloomberg mengatakan Axiata telah menerima penawaran untuk mengambil-alih edotco, namun sejauh ini belum ada pembicaraan lebih lanjut.

Tetapi jika merger Telenor-Axiata terjadi, perusahaan gabungan ini akan menjadi yang terbesar keempat atau kelima di dunia.

Faktor lain yang berpotensi menggagalkan kesepakatan tersebut adalah nasib keberlanjutan operasional perusahaan ini di Indonesia.

Karena Indonesia berkomitmen akan melakukan review apakah mengizinkan Telenor masuk ke pasar mereka atau tidak, mengingat perusahaan tersebut berasal dari Uni Eropa.

Tensi hubungan Indonesia-UE sedang menghangat setelah parlemen UE pada 10 Juni mengesahkan undang-undang untuk membatasi dan melarang penggunaan minyak sawit dalam biofuel pada 2030.

“Jika itu terjadi, apakah Telenor masih tertarik dengan merger? Tidak dapat disangkal bahwa Telenor tertarik pada Indonesia - pasar yang paling padat penduduknya di Asia Tenggara.

“Mereka kehilangan peluang pertumbuhan di India dengan keluar dari pasar itu. Mereka sedang mencari pertumbuhan baru dan Indonesia siap untuk itu.

"Apakah masih akan bertaruh pada kesepakatan jika tidak ada Indonesia?" tanya seorang sumber.

Telenor tidak memiliki aset di Indonesia, sementara Axiata memiliki 66,4 persen saham melalui PT XL Axiata Tbk, pemain terbesar kedua di Indonesia.

Sebelumnya, Axiata dan Telenor mengumumkan merger telekomunikasi dan aset infrastruktur mereka di Asia pada Mei untuk menciptakan raksasa pan-Asia.

Uji tuntas sedang berlangsung dan penandatanganan yang direncanakan dilakukan sekitar September.

Namun, mengingat kerumitan merger, kedua belah pihak belum dapat mencapai kompromi, meskipun yang lain mengatakan itu "semuanya berjalan lancar".

Baik Telenor dan Axiata tidak berkomentar soal ini.

Perusahaan gabungan (MergedCo) akan dibentuk dengan Telenor memegang 56,5 saham dan Axiata, 43,5 persen. Komposisi ini dibuat atas dasar penilaian aset sebelum pengumuman merger.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.