Ekonomi

Indonesia ekspor ikan patin ke Arab Saudi

Ekspor perdana ikan patin (Pangasius hypophthalmus) ke Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan makanan jamaah haji asal Indonesia

İqbal Musyaffa  | 28.05.2019 - Update : 29.05.2019
Indonesia ekspor ikan patin ke Arab Saudi Ilustrasi. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA 

Kementerian Kelautan dan Perikanan melepas ekspor perdana ikan patin (Pangasius hypophthalmus) ke Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan makanan jamaah haji asal Indonesia.

Ekspor patin perdana dilakukan di Instalasi Karantina Puspa Agro Sidoarjo, Jawa Timur, Senin.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) KKP merangkap Plt. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Nilanto Perbowo mengatakan ikan patin hasil budidaya selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

“Mengingat produksinya yang semakin meningkat, kini ikan patin Indonesia tak lagi hanya untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri, melainkan juga dapat diekspor ke Arab Saudi,” ujar Nilanto dalam keterangan resmi, Selasa.

Nilanto mengatakan ekspor perdana kali ini menurutnya adalah buah kerja sama Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) dan SMART-Fish Indonesia yang menangkap potensi patin Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ikan jamaah haji Indonesia.

“Sejauh ini, kebutuhan pasokan patin untuk jamaah haji Indonesia diperkirakan mencapai 540 ton,” jelas dia.

Nilanto menambahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihak APCI telah menyiapkan pasokan sekitar 300 ton patin yang terdiri dari 150 ton cut portion dan 150 ton fillet.

“Dalam ekspor perdana ini dikirim sekitar 3 kontainer (sekitar 63 ton) patin. Sisanya akan dikirim secara bertahap,” ungkap Nilanto.

Menurut dia, komoditas patin saat ini baru untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji. Dia berharap dengan adanya ekspor perdana ini, ikan patin bisa merambah ke negara-negara lain.

Nilanto menginformasikan bahwa produksi patin Indonesia menunjukkan tren peningkatan. Pada 2018 lalu produksi patin Indonesia meningkat 22,2 persen menjadi 391.151 ton dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebesar 319.966 ton .

Dia menambahkan permintaan global catfish mencapai 640,87 ribu ton pada 2017 dengan pasar utama Amerika Serikat (17 persen), Meksiko (9 persen), Tiongkok (8 persen), Brasil (7 persen), dan Arab Saudi (5 persen).

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, 48 persen dipasok dari Vietnam, 36 persen dari Myanmar, dan sisanya dari negara lainnya.

Pada 2018 total permintaan catfish global meningkat menjadi 641,31 ton, dengan negara tujuan utama Amerika Serikat (19,08 persen) dan Tiongkok (18,97 persen).

Sedangkan permintaan impor Arab Saudi hanya sebesar 4.503 ton (0,7 persen) atau turun 85 persen dibandingkan tahun 2017 berdasarkan data dari UN Comtrade tahun 2019.

Nilanto mendorong agar para pelaku usaha dan pembudidaya patin bisa memanfaatkan besarnya permintaan global tersebut dengan mendorong produksi patin dalam negeri sehingga patin Indonesia bisa ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan patin global.

“Pangsa pasar ekspor untuk patin sudah sangat jelas. Dengan potensi patin dalam negeri yang sangat tinggi, apabila kita mampu menggenjot produksi tidak mustahil ke depan kita bisa menjadi pemain utama untuk komoditas ikan patin,” tandas Nilanto.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.