Ekonomi, Regional

Iklan minuman berkadar gula sangat tinggi dilarang di Singapura

Ini adalah bagian dari kampanye melawan diabetes yang jadi masalah utama di Singapura

Muhammad Nazarudin Latief  | 10.10.2019 - Update : 11.10.2019
Iklan minuman berkadar gula sangat tinggi dilarang di Singapura Ilustrasi. (Aytaç Ünal - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Singapura meneruskan perlawanan terhadap penyakit diabetes dengan memberlakukan larangan total iklan minuman kemasan dengan kadar gula “sangat tinggi”, menjadikannya sebagai negara pertama di dunia yang menerapkan aturan ini, seperti dilansir Strait Times.

Minuman itu, bersama dengan minuman dengan kadar gula “sedang” hingga “tinggi” harus menempelkan label di bagian depan kemasan yang menandakan kandungan tidak sehat.

Minuman yang terkena aturan ini tersebut bisa saja dikemas dalam botol, kaleng, dan bungkus untuk minuman instan, minuman ringan, susu dan yoghurt.

Kebijakan ini akan diberlakukan pada 2020 dan implementasinya diperkirakan akan memakan waktu antara satu dan empat tahun.

Menteri Senior Kesehatan Edwin Tong mengatakan kebijakan ini dirancang untuk mendorong masyarakat agar memiliki banyak pilihan informasi tentang minuman yang akan dikonsumsinya.

Selain itu juga membuat produsen mengurangi kadar gula dalam minuman manis yang dikemas dalam gula atau sugar-sweetened beverages/SSBs.

Label akan diberikan dalam bentuk striker warna yang menunjukkan apakah minuman itu sehat, netral atau tidak sehat.

Lebih dari 30 negara sukses memperkenalkan label semacam itu. Di Chili, misalnya, penjualan minuman yang membawa label tidak sehat turun 25 persen setelah satu setengah tahun.

Minuman sehat ditentukan bukan hanya dari kadar gula, namun juga termasuk jumlah lemak jenuh seperti yang ditemukan dalam campuran kopi three-in-one.

Label hanya akan diberlakukan pada minuman yang masuk dalam klasifikasi “tidak sehat”, namun minuman sehat bisa menggunakan label “sehat” sebagai promosi.

Tong mengatakan produsen minuman sehat didorong menggunakan label karena "untuk membantu dalam pengambilan keputusan para konsumen".

“Kami membebaskan para produsen minuman SSB yang lebih sehat untuk menggunakan label atau tidak.”

Langkah ini adalah bagian dari perang melawan diabetes, yang merupakan masalah kesehatan utama di Singapura.

Sebuah survei pada 2018 menemukan bahwa lebih dari setengah dari 12 sendok teh gula yang dikonsumsi warga setiap hari berasal dari minuman manis.

Tong mengatakan "Ini adalah masalah, karena minum 250ml SSB tambahan setiap hari meningkatkan risiko diabetes hingga 26 persen."

Terlepas dari anjuran untuk mengurangi kadar gula, pembuat minuman gula menengah ke tinggi belum mengurangi rata-rata lima sendok teh per 250ml dalam dekade terakhir. Beberapa produsen bahkan memberi delapan sendok teh gula per 250ml.

Pada Desember tahun lalu, Kementerian Kesehatan dan Badan Promosi Kesehatan (HPB) memulai konsultasi publik tentang cara mengurangi asupan gula selama delapan minggu.

Mereka mengusulkan empat langkah yaitu memberi label di bagian depan kemasan, aturan periklanan, pengenaan pajak gula, dan larangan SSB gula tinggi.

Profesor Yik Ying Teo, dekan Universitas Nasional Singapura, Saw Swee Hock School of Public Health, memuji langkah ini sebagai "langkah ke arah yang benar".

Dia menambahkan: "Pada saat yang sama, perlu ada kampanye pendidikan publik yang terpadu bagi keluarga.

"Selera anak-anak mencerminkan pilihan orang tuanya. Maka perlu kampanye yang menyasar keluarga.

Dia juga menyambut gembira bahwa Departemen Kesehatan masih memungkinkan untuk menerapkan pajak gula.

"Ada bukti dari negara-negara yang telah menerapkan pajak gula yang berfungsi untuk mencegah konsumsi, mendorong inovasi dan reformulasi, dan meningkatkan kesadaran akan efek berbahaya dari konsumsi gula yang berlebihan dan tidak perlu."

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın