Ekonomi, Nasional

BI: The Fed hanya sekali naikkan suku bunga

Prediksi ini mengubah perkiraan sebelumnya yang menyebutkan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga satu kali pada tahun ini dan satu kali lagi pada tahun depan

İqbal Musyaffa  | 21.03.2019 - Update : 22.03.2019
BI: The Fed hanya sekali naikkan suku bunga The Federal Reserve Bank. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Bank Indonesia memperkirakan bank sentral AS the Fed hanya akan satu kali menaikkan suku bunga hingga tahun 2020 mendatang.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan prediksi ini mengubah perkiraan sebelumnya yang menyebutkan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga satu kali pada tahun ini dan satu kali lagi pada tahun depan.

Dia juga mengatakan keputusan the Fed menunda kenaikkan suku bunganya memberikan pengaruh positif pada perekonomian Indonesia dengan masuknya aliran modal asing dan berkurangnya tekanan akibat ketidakpastian pada perekonomian global.

“Hingga Februari sebanyakn USD6,3 miliar dolar aliran modal asing yang masuk,” jelas Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Sebagai informasi, the Fed mempertahankan suka bunga acuannya pada Rabu malam waktu setempat tetap di angka 2,25-2,5 persen dan keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

The Fed juga mengubah sinyalemen untuk arah kebijakan suku bunga dalam jangka menengah dengan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih rendah dalam dua tahun ke depan.

Perry mengatakan Bank Sentral Eropa juga menunjukkan sikap dovish akibat dari perkiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan laju inflasi yang rendah.

“Terkait hal tersebut, BI juga memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya tetap di angka 6 persen,” ujar Perry.

Selain itu, Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi global masih melambat disertai ketidakpastian pasar keuangan yang berkurang. Ekonomi AS tumbuh melambat dipengaruhi berkurangnya stimulus fiskal, menurunnya produktivitas tenaga kerja, dan melemahnya keyakinan pelaku usaha.

Dia juga mengatakan pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan makin melambat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor akibat permintaan dari Tiongkok yang terbatas, melemahnya keyakinan usaha, dan berlanjutnya ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit.

“Ekonomi China juga tumbuh melambat dipengaruhi tertundanya stimulus fiskal dan belum meredanya ketegangan hubungan dagang dengan AS,” jelas Perry.

Perry menambahkan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas global termasuk harga minyak dunia juga menurun.

“Perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut di satu sisi memberikan tantangan dalam mendorong ekspor, namun di sisi lain lebih positif bagi aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia,” lanjut dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.