Ekonomi

Ahli: Rusia ingin pecah belah NATO dengan Nord Stream 2

"Jika ada konflik dengan NATO, Rusia akan punya banyak keuntungan atas Jerman," ahli memperingatkan

Astudestra Ajengrastrı  | 17.07.2018 - Update : 18.07.2018
Ahli: Rusia ingin pecah belah NATO dengan Nord Stream 2

New York

Ovunc Kutlu

NEW YORK

Banyak pendapat dari AS yang melihat rencana proyek Nord Stream 2, yang rencananya mengangkut gas alam dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik, adalah usaha untuk memecah belah NATO, kata seorang ahli kepada Anadolu Agency pada Senin.

Dijadwalkan beroperasi pada 2020, pipa ini menjadi bulan-bulanan Presiden AS Donald Trump beberapa hari terakhir. Pada Rabu, Trump berkata "Jerman menjadi tawanan Rusia" karena proyek ini.

"Jerman akan dikontrol oleh Rusia karena mereka akan mendapatkan 60 sampai 70 persen kebutuhan energi dari Rusia dengan pipa baru ini," sergah Trump di hari pertama KTT NATO di Brussles. "Kami harus melindungi Anda dari Rusia, tapi Anda membayar jutaan dolar kepada Rusia untuk energi?" imbuh dia.

"Rusia ingin memecah belah NATO," kata Ed Hirs, ekonom energi dari University of Houston, kepada Anadolu Agency, sambil menambahkan, "Trump khawatir Jerman beralih ke alternatif lebih murah [untuk gas alam] dengan mengorbankan persekutuan strategis dengan NATO dan blok barat."

"Ini adalah senjata," ujar Hirs tentang pipa dan gas alam dari Rusia. "Ini adalah senjata yang strategis dan ekonomis. Mereka bisa memotong persediaan gas ke Jerman dan merusak perekonomian Jerman tanpa harus menembakkan satu peluru pun," tukas dia.

Setahun belakangan, Trump sangat kritis terhadap NATO. Dia juga menuntut negara-negara NATO lain untuk membayarkan bagian belanja pertahanan mereka, alih-alih membiarkan AS menanggung beban finansial terbesar organisasi tersebut.

Dia juga berkata ketergantungan berlebih Jerman atas gas alam Rusia "adalah hal teramat buruk bagi NATO."

"Ini bukan sekadar analisis Trump. Ini adalah analisis strategis yang sudah dibuat oleh banyak orang di pemerintahan AS," ucap Hirs.

"Ini adalah permasalahan yang sudah diakui oleh Kementerian Pertakanan, Badan Keamanan Nasional, semua orang di Washington, Partai Republik maupun Partai Demokrat," terang dia.

Hubungan dekat Jerman-Rusia

Perusahaan energi raksasa Gazprom memutuskan persediaan gas alam ke Ukraina pada Juni 2014, empat bulan setelah aneksasi Krimea. Meski Rusia harus menghadapi sanksi dari Barat, kekhawatiran Washington semakin besar karena hubungan Jerman dan Rusia yang semakin dekat.

Kanselir Jerman Angela Merkel, yang besar di Berlin Timur, fasih berbicara Bahasa Rusia dan telah mengenal Presiden Vladimir Putin selama sekitar 15 tahun, sementara ada lebih dari 6.000 perusahaan Jerman yang beroperasi di Rusia.

"Trump atau presiden manapun tidak bisa menyelamatkan Jerman dari diri mereka sendiri. Merkel memiliki hubungan hangat dengan Putin. Putin akan berusaha memotong-motong aliansi ini. Kita tidak akan bisa merespons dan melindungi Jerman bila Putin memutuskan memotong persediaan gas alam mereka. Bisa jadi semuanya sudah terlambat," ujar Hirs.

"Tidak ada yang mau berperang. Tapi bila Putin memutuskan untuk menyerang, atau jika nanti Rusia memutuskan menyerang, maka ini akan jadi serangan kepada NATO. Apakah Jerman akan melawan, terutama jika mereka tahu Rusia akan mengurangi persediaan gas dan keluarga mereka akan kedinginan?" imbuh dia.

Cyril Widdershoven, seorang mitra dari firma konsultan VEROCY di Belanda berkata kepada Anadolu Agency, hubungan baik dengan Rusia adalah titik fokus utama bagi Jerman.

"Bahkan pada masa Perang Dingin, Jerman menggantungkan suplai gas alam dari Uni Soviet. DI saat yang sama, kerja sama bisnis Jerman-Rusia sangatlah tinggi. Para pemimpin bisnis Jerman sangat terlibat dengan aktivitas Rusia, atau bahkan di tingkat lobi-lobi usaha," tutur dia.

Harga gas Rusia Vs. gas cair AS

Kritik Trump atas Nord Stream 2 sebenarnya juga bermuara pada keinginannya untuk meningkatkan asupan suplai gas alam cair (LNG) AS ke Eropa -- sebuah usaha untuk menetapkan dominasi energi Amerika dan menyapih ketergantungan energi Eropa dari Moskow.

Meski begitu, biaya adalah masalah besar bagi Eropa yang mau mengimpor LNG Amerika.

"Saat ini, pipa gas dari Rusia adalah alternatif termurah. Kompetisi masih berpihak kepada pipa gas," ujar Widdershoven.

"Akses ke pasar Jerman untuk LNG masih belum berkembang, bahkan bila mengandalkan akses via negara-negara pihak ketiga, biaya transportasi dari pihak ketiga ke Jerman akan menekan nilai total ekspor ke Jerman, pada akhirnya," terang dia.

Sejak revolusi serpih (shale revolution) pada 2008, produksi gas AS melonjak, namun hanya ada satu fasilitas ekspor LNG di AS -- terminal Cheniere Energy's Sabine Pass di Negara Bagian Louisiana.

Komisi Regulator Energi Federal AS (FERC) telah menyetujui sembilan proyek ekspor LNG, namun hanya lima yang saat ini dibangun dengan 13 proyek ekspor masih menanti keputusan, menurut data FERC yang didapat oleh Anadolu Agency.

Rusia menyediakan kontrak jangka panjang ambil-atau-bayar saat menjual gas, namun Hirs berkata, "Kontrak dengan Rusia hanya bagus selama mereka mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan strategis mereka."

"Rusia punya sejarah memutus kontrak. Mereka telah melakukannya dengan pengiriman suplai gas di masa lalu. Mereka melakukannya dengan pengiriman minyak, pertukaran mata uang, dan utang. Dengan kontrak jangka-panjang ini, Jerman setuju membeli gas dengan sederet harga yang harus dibayar," kata dia.

"Setelah semuanya berubah, Rusia akan memutuskan kontrak itu. Jerman harus melakukan diversifikasi cadangan energi, namun tidak berpikir strategis. Jerman mengambil risiko ekonomi dan strategis sangat besar. Bila ada konflik dengan NATO, Rusia akan memiliki banyak keuntungan dari Jerman," dia memperingatkan.

Widdershoven mengatakan keamanan pasokan energi adalah permasalahan utama bagi Eropa, dan menambahkan meski Uni Eropa telah mempromosikan diversifikasi energi, hanya sedikit yang benar-benar terwujud.

"Saat ini, gas dari Rusia ada di semua sisi dan akan menjadi lebih penting di beberapa tahun mendatang. Ekspor gas Rusia ke Eropa terus naik, alih-alih tertekan. Rute suplai lain masih dibangun dan atau tertahan karena keadaan geopolitik atau masalah-masalah lain. Asia Tengah, Kaspia, Algeria atau Mesir dipertimbangkan namun tidak benar-benar ditindaklanjuti. Iran di tahun-tahun ini tidak masuk hitungan," urai dia.

"LNG dari AS hanya bisa memenuhi sebagian, karena biaya dan ketersediaan tidak terlalu menarik saat ini. Di waktu sama, LNG membutuhkan tempat pendaratan, yang belum dibangun, sementara kebutuhan gas masa depan Eropa berada di negara-negara yang tidak memiliki opsi LNG saat ini," simpul dia.

AS mengekspor LNG sebesar 20 miliar meter kubik (bcm) tahun lalu; sementara hanya 2 bcm atau 10 persen dari jumlah ini yang diimpor oleh negara-negara Eropa, menurut data Administrasi Informasi Energi (EIA) AS .

Nord Stream 2 rencananya akan mengalirkan 55 bcm gas dari Rusia ke Jerman.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın