Dunia

Pemantau HAM ungkap kesaksian 'mengerikan' tentang pelanggaran Israel di Gaza utara

'Ketika anak dengan gangguan psikologis itu keluar, ia berlari ke arah tank Israel. Saya memanggilnya, tetapi ia tidak merespons. Mereka langsung menembaknya hingga tewas,' kata warga sipil Palestina kepada Euro-Mediterranean Human Rights Monitor

30.12.2024 - Update : 30.12.2024
Pemantau HAM ungkap kesaksian 'mengerikan' tentang pelanggaran Israel di Gaza utara

GAZA, Palestina

Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengungkapkan pada hari Sabtu bahwa mereka menerima kesaksian "mengerikan" yang mendokumentasikan kejahatan serius yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga sipil Palestina selama penggerebekannya di Rumah Sakit Kamal Adwan dan daerah sekitarnya di Jalur Gaza utara.

Pasukan Israel secara paksa mengevakuasi pasien dan tenaga medis dari rumah sakit pada hari Jumat, dan beberapa ditahan sebelum membakar sebagian besar bagian rumah sakit, sehingga rumah sakit tersebut tidak dapat dioperasikan sama sekali, menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan Palestina.

Serangan terhadap rumah sakit tersebut memaksa penutupan fasilitas medis utama terakhir di Jalur Gaza utara.

"Kejahatan ini mencakup pembunuhan yang disengaja, eksekusi di lapangan, serta serangan seksual dan fisik terhadap perempuan dan anak perempuan dari tim medis dan perempuan terlantar di wilayah tersebut," kata Monitor yang berpusat di Jenewa.

Berdasarkan kesaksian yang dikumpulkannya, lembaga pemantau tersebut melaporkan bahwa "pasukan Israel melakukan serangkaian kejahatan mengerikan selama penyerangan mereka ke rumah sakit. Kejahatan tersebut termasuk meledakkan robot-robot yang dipasangi bom di dekat beberapa rumah penduduk, yang menyebabkan rumah-rumah tersebut runtuh dan menewaskan warga sipil di dalamnya."

Kejahatan tersebut juga termasuk "tentara Israel mengeksekusi warga sipil di tempat, beberapa di antaranya terluka, sementara yang lain membawa bendera putih," menurut monitor tersebut.

Terungkap bahwa tentara "menahan puluhan perempuan dan gadis, melakukan penyiksaan berat yang setara dengan pelecehan seksual, di samping perlakuan merendahkan martabat manusia. Ini termasuk memukuli mereka dan memaksa mereka melepas jilbab dan pakaian mereka."

Monitor mengatakan pasukan Israel "mengevakuasi secara paksa semua orang di daerah tersebut, memaksa mereka untuk melarikan diri ke luar wilayah utara Gaza. Selama operasi ini, tentara menculik puluhan orang, termasuk anggota tim medis dan layanan, seperti Dr. Hossam Abu Safyieh, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, dan jurnalis Islam Ahmed."

Seseorang yang diidentifikasi sebagai AA, 41, menceritakan kepada tim Euro-Med Monitor: "Saya seorang paramedis sukarelawan. Saya tinggal di sebuah rumah dekat Rumah Sakit Kamal Adwan bersama 11 warga sipil. Sekitar pukul 12:30 dini hari pada hari Jumat, kami mendengar suara kendaraan di pintu. Saya memberi tahu mereka yang bersama saya bahwa sepertinya tentara sedang menempatkan robot peledak. Saat melihat ke luar jendela, saya melihat beberapa robot di depan rumah-rumah di daerah tersebut.

"Kami meninggalkan rumah kami dan pindah ke rumah lain di dekatnya, berharap bisa selamat dari ledakan. Sekitar setengah jam kemudian, robot-robot itu mulai meledak. Suaranya sangat keras dan mengerikan, seperti bom nuklir mini," tambahnya.

Ia menggambarkan sebuah insiden tragis ketika seorang anak dengan gangguan psikologis mulai berlari ke arah tank Israel. Meskipun memanggilnya, anak itu tidak menanggapi, dan tentara menembak dan membunuhnya.

Saat itu, lanjutnya, “Seorang pemuda yang telah mencapai rumah lain di daerah itu memberi tahu kami bahwa tempat mereka berlindung dibom, melukai beberapa orang. Saya bergegas bersama yang lain untuk membantu, tetapi saat kami mendekati rumah itu, sebuah pesawat Israel menembakkan rudal lagi ke arahnya. Kami berhasil mengevakuasi salah satu yang terluka dan menemukan satu orang tewas. Namun, kami juga terluka dalam proses itu. Pada saat itu, kami mendengar teriakan dari rumah di dekatnya yang juga terkena bom. Kami berada dalam kondisi yang mengerikan, terluka dan tidak dapat membantu.

“Kami kembali ke rumah di tengah ledakan yang terus terjadi. Di pagi hari, kami kembali ke rumah asal kami dan mendapati rumah itu hampir hancur total. Meskipun begitu, kami duduk di dapur, sekitar 14 orang. Kemudian kendaraan tentara mulai menembaki rumah itu. Kami berteriak bahwa kami adalah warga sipil. Pemilik rumah itu melangkah keluar, melambaikan bendera putih, tetapi tentara langsung menembaknya hingga tewas dari jarak dekat. Ketika kami mencoba mengambil jasadnya, mereka melepaskan tembakan ke arah kami, melukai lebih banyak dari kami. Di antara kami ada seorang anak yang tampaknya memiliki gangguan psikologis, yang diperburuk oleh pemboman yang tiada henti."

“Kemudian, tentara mengirim seorang warga sipil (seorang tahanan Palestina) untuk memberi tahu kami agar menyerah. Kami mengaku sebagai warga sipil dan mengibarkan bendera putih. Mereka membawa kami ke area terbuka dekat pemakaman, tempat kami dipaksa untuk menanggalkan pakaian hingga hanya mengenakan pakaian dalam dan berdiri dalam udara dingin yang menusuk. Ketika anak dengan gangguan psikologis itu keluar, ia berlari ke arah tank Israel. Saya memanggilnya, tetapi ia tidak menanggapi. Mereka langsung menembaknya hingga tewas. Ada sebuah pengangkut personel lapis baja dan sebuah tank di area tersebut. Seorang tentara memerintahkan kami untuk berkumpul di tempat tertentu. Di antara kami ada lima orang yang terluka yang dipaksa berjalan di depan tank. Tiba-tiba, mereka ditembak mati tanpa diinterogasi."

Dalam serangan yang sama, Euro-Med Monitor mendokumentasikan bahwa perawat, pasien dan pendamping mereka di Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi sasaran tindakan yang merupakan kekerasan seksual.

Tentara Israel memaksa wanita dan anak perempuan untuk melepas pakaian mereka di bawah ancaman, hinaan, dan cercaan yang menyinggung kehormatan mereka. Beberapa wanita dan anak perempuan juga melaporkan telah mengalami pelecehan seksual.

Israel telah menewaskan lebih dari 45.400 korban di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menghancurkan daerah kantong itu menjadi puing-puing.

Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın