Politik, Dunia

Palang Merah desak 'perlindungan' terhadap relawan di Myanmar

Sejumlah relawan terluka dan salah ditangkap dalam beberapa hari terakhir

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 06.03.2021 - Update : 06.03.2021
Palang Merah desak 'perlindungan' terhadap relawan di Myanmar Ilustrasi: Pengunjuk rasa menutup jalan dalam aksi mereka yang menentang kudeta militer, di Mandalay, Myanmar, pada 3 Maret 2021. (Stringer - Anadolu Agency)

Geneve

Peter Kenny

JENEWA

Federasi Internasional Palang Merah (IFRC) dan Masyarakat Bulan Sabit Merah mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya sangat sedih dengan hilangnya nyawa di Myanmar dan mendesak perlindungan segera bagi semua sukarelawan dan petugas kesehatan.

"Di tengah kekerasan yang meningkat, Palang Merah Myanmar telah mengkonfirmasi bahwa dalam beberapa hari terakhir, telah terjadi insiden yang sangat serius di mana sukarelawan Palang Merah terluka dan salah ditangkap," kata Direktur Regional Asia Pasifik IFRC Alexander Matheou.

Lebih dari 60 orang tewas dan lebih dari 1.000 ditangkap selama demonstrasi anti-kudeta di Myanmar yang mengecam pemerintahan militer setelah kudeta 1 Februari.

IFRC mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas banyaknya relawan Palang Merah Myanmar yang terluka saat bertugas.

Menurut IFRC, mereka memberikan pertolongan pertama yang menyelamatkan nyawa orang-orang yang terluka, sejalan dengan prinsip fundamental kemanusiaan, netralitas dan imparsialitas.

"Relawan Palang Merah tidak boleh menjadi sasaran," kata Matheou.

Palang Merah Myanmar melakukan salah satu operasi kemanusiaan pertolongan pertama dan pemindahan pasien terbesar dengan lebih dari 1.500 sukarelawan dan 120 ambulans di seluruh negeri.

Dalam empat minggu terakhir, organisasi itu memberikan layanan pertolongan pertama, termasuk intervensi penyelamatan jiwa dan transfer ambulans darurat. Secara keseluruhan, mereka telah membantu lebih dari 1.000 orang.

"Terjadi kekerasan yang meningkat, dan jumlah orang yang terbunuh atau terluka meningkat setiap hari. IFRC mendesak pengekangan dan penghentian kekerasan di seluruh Myanmar," kata Matheou.

Palang Merah juga sangat prihatin bahwa setelah pertemuan massal dan kekerasan dalam beberapa pekan terakhir, risiko penyebaran Covid-19 terus berlanjut.

"IFRC khawatir tentang risiko gelombang mematikan Covid-19 lainnya di Myanmar karena pengujian dan akses ke rumah sakit, atau layanan kesehatan lainnya sangat terbatas," kata Matheou.

Dia mencatat bahwa Palang Merah dan mitranya terus menawarkan dukungan untuk upaya kemanusiaan di saat kritis.

IFRC adalah jaringan kemanusiaan terbesar di dunia, yang terdiri dari 192 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.