Negara-negara Arab sesalkan veto AS di hadapan PBB
AS veto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menolak pemindahan fasilitas diplomatik ke Yerusalem

Ankara
Zeynep Hilal Karyagdi dan Gulsen Topcu
ANKARA
Negara-negara Arab mengecam hak veto yang digunakan AS pada Senin terhadap resolusi PBB mengenai Yerusalem.
AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menolak pembentukan fasilitas diplomatik di kota Yerusalem. Langkah ini dilakukan kurang dari dua pekan setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mulai memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Semua negara-negara lain sejauh ini meletakkan kedutaan mereka di Tel Aviv.
Di meja Dewan Keamanan PBB, 14 negara anggota memberikan suara setuju bagi resolusi yang diajukan Mesir itu, yang mendikte agar Trump mengubah keputusannya mengenai Yerusalem. AS menjadi satu-satunya negara yang memberikan suara tidak setuju.
Mesir
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ahmed Abu Zeid menyatakan kekecewaannya melalui pernyataan tertulis.
"Mesir kecewa dengan langkah veto terhadap keputusan penting ini yang menarik hati nurani komunitas internasional dan terang-terangan menolak pengakuan AS mengenai Yerusalem sebagai ibu kota Israel."
Abu Zeid mengatakan blok Arab di PBB akan berkumpul untuk merundingkan situasi itu dan merencanakan langkah yang harus diambil untuk melindungi status Yerusalem.
Palestina
Juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeina mengecam veto AS, mengatakan mereka mengolok-olok komunitas internasional dan tunduk pada sikap agresif Israel, seperti dikutip kantor berita WAFA.
Abu Rudeina mengatakan veto ini berarti AS akan dikucilkan lebih jauh karena menghasut komunitas internasional.
Kelompok Hamas Palestina merilis pernyataan mengatakan Yerusalem selamanya akan menjadi ibu kota Palestina; langkah AS dan Israel tidak akan mengubah fakta tersebut. Mereka juga mengajak dunia dan negara-negara Arab dan Islam agar segera bergerak melindungi Yerusalem serta memperingatkan Israel agar tidak mengubah status quo Yerusalem.
Yerusalem tetap menjadi pusat konflik Israel-Palestina, dengan Palestina yang mengharapkan Yerusalem Timur -- saat ini masih diduduki Israel -- menjadi ibu kota negaranya kelak. Langkah yang diambil Trump diperkirakan akan menganggu proses perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina.