
Ankara
Ali Murat Alhas dan Nilay Kar Onum
ANKARA
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar dan Plt Menteri Pertahanan AS Mark Esper berbicara lewat telepon pada Jumat malam tentang akuisisi Turki terhadap sistem pertahanan rudal jarak jauh dan perkembangan terkini Suriah.
Akuisisi Turki atas sistem pertahanan rudal S-400 Rusia adalah "bukan preferensi, tetapi keharusan", kata Akar, menambahkan bahwa Turki masih mengevaluasi proposal AS yang ingin menjual sistem pertahanan udara Patriot.
Menyusul upaya berlarut-larut untuk memperoleh sistem pertahanan udara dari AS tanpa hasil, Ankara pada April 2017 menandatangani kontrak untuk memperoleh sistem S-400 Rusia.
Kemudian, AS mendesak Turki untuk membeli sistem rudal patriotnya, dengan alasan bahwa sistem Rusia tak akan sesuai dengan sistem NATO.
AS juga menyoroti bahwa pesawat generasi kelima, F-35, akan terseret ke akal-akalan Rusia.
Turki menekankan bahwa S-400 tak akan diintegrasikan ke sistem NATO dan tak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.
Turki telah membentuk komisi untuk mengklarifikasi masalah teknis, tetapi sejauh ini AS gagal menanggapi proposal tersebut.
Akar mengatakan sikap Turki pada program jet tempur F-35 tak berubah dan sejauh ini negara telah memenuhi semua kewajibannya.
"Kerusakan hubungan Turki-AS tak terkait kepentingan Turki, AS atau NATO," tambah dia.
Pemerintahan Trump mengancam akan mengeluarkan negara dan perusahaan-perusahaan Turki dari program jet tempur F-35 yang canggih seiring kekhawatiran bahwa sistem S-400 Rusia dapat digunakan Moskow untuk mendapatkan data sensitif tentang jet.
-Suriah
Selama pembicaraan telepon, kedua menteri juga membahas perkembangan terkini di Suriah yang dilanda perang.
Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, menekankan bahwa "satu-satunya kekuatan militer yang siap, kompeten dan sesuai untuk pembentukan zona aman di utara Suriah adalah Angkatan Bersenjata Turki".
"Dia menegaskan bahwa bagi Turki, perlindungan perbatasan dan rakyat adalah prioritas, dan dalam menghadapi serangan intensif dari perbatasan Suriah, Turki harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan tak akan membiarkan kelompok teroris memperoleh tempat perlindungan yang aman di seberang perbatasannya,” kata Akar dalam pernyataan itu.
Akar dan Esper juga sepakat bahwa dialog antara kedua negara harus dipertahankan dan AS harus segera mengirim delegasi militer ke Ankara pekan depan untuk melanjutkan diskusi tentang zona aman di Suriah, tambah pernyataan itu.
September lalu, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Namun rezim Suriah, secara konsisten melanggar ketentuan gencatan senjata, berkali-kali meluncurkan serangan di dalam zona tersebut.
Suriah baru saja keluar dari konflik yang menghancurkan sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak demonstran dengan tingkat keganasan yang tak terduga.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.