Dunia

'Komitmen KTT G7 tidak memenuhi ekspektasi’

Negara-negara G7 berkomitmen mencapai emisi gas rumah kaca nol bersih paling lambat tahun 2050

Burak Bir  | 18.06.2021 - Update : 20.06.2021
'Komitmen KTT G7 tidak memenuhi ekspektasi’ Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memimpin KTT Pemimpin G7 di Carbis Bay, Cornwall, Inggris pada 11 Juni 2021. ( Andrew Parsons /No10 Downing Street - Anadolu Agency )

Ankara

Burak Bir

ANKARA

Meskipun komitmen dan janji negara-negara G7 untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil disambut baik, mereka gagal melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi perubahan iklim secara umum.

“Aksi iklim memang disambut baik tetapi komitmen iklim tetap sangat mengecewakan, jauh dari apa yang kita butuhkan,” ujar Manuel Pulgar-Vidal, kepala praktik iklim dan energi global World Wide Fund for Nature ke Anadolu Agency merujuk pada KTT G7 yang baru-baru ini diadakan di Cornwall, Inggris.

“Kami berharap pada bulan November, anggota G7 akan meningkatkan upaya mereka. Kami butuh politikus-politikus yang fokus menyelesaikan tantangan iklim,” lanjut Vidal, yang pernah menjabat sebagai menteri lingkungan Peru pada 2011-2016.

Dia mengingatkan komitmen negara-negara G7 terhadap batu bara, khususnya tindakan untuk mengakhiri eksplorasi dan penambangan semua bahan bakar fosil, dengan mempertimbangkan negara dan masyarakat yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim.

Vidal menekankan perlunya meninjau rencana khusus untuk menggunakan keuangan publik untuk mempercepat penyebaran energi terbarukan dan solusi berbasis alam.

Dia juga mendesak para pemimpin dunia untuk membentuk "Komisi Global untuk Ekonomi dan Alam” dan berharap agar G7 membatalkan semua subsidi bahan bakar fosil lebih awal dari target tahun 2025.

“Pada akhirnya, kita berbicara tentang negara-negara terkaya yang membentuk masa depan kita. Mereka harus menyelaraskan semua keuangan publik demi iklim dan alam yang lebih balik dan mengatur aliran keuangan swasta ke arah yang sama," pungkas dia.

'Harapan terguncang pendanaan iklim'

Baran Bozoglu, kepala Asosiasi Penelitian dan Kebijakan Perubahan Iklim, mengatakan anggaran tahunan sebesar USD100 miliar yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015 untuk mendukung negara-negara yang paling membutuhkan, harus ditingkatkan.

“Sayangnya, sulit untuk mengatakan bahwa KTT G7 cukup berhasil dalam memerangi perubahan iklim,” kata dia, seraya menambahkan bahwa hasil KTT G20 yang akan digelar di Italia pada 30-31 Oktober mendatang menjadi lebih penting.

Orang-orang dan institusi menggencarkan upaya untuk perubahan iklim dan berharap pada peningkatan anggaran tahunan pada KTT G7.

“Namun, ini tidak pernah terjadi dan tidak ada rincian tentang bagaimana USD100 miliar ini akan diberikan,” tambah Bozoglu.

Menekankan bahwa KTT G20 akan lebih penting untuk aksi iklim, dia menegaskan bahwa masalah keuangan iklim perlu lebih diperjelas dalam KTT G20 di Italia.

Meninggalkan penggunaan batu bara dan tidak berinvestasi di pembangkit listrik termal adalah salah satu perkembangan positif dari KTT G7.

Para partisipan dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim mencapai kesepakatan untuk memerangi perubahan iklim dan mencapai masa depan rendah karbon yang berkelanjutan pada Konferensi Perubahan Iklim (COP 21) di Paris pada 12 Desember 2015.

Perjanjian Paris, yang didefinisikan sebagai "jembatan antara kebijakan saat ini dan netralitas iklim sebelum akhir abad ke-21," berupaya memperkuat respons global terhadap ancaman perubahan iklim dengan menjaga suhu global agar tidak naik di atas 2 derajat Celcius hingga abad berikutnya, dan untuk mengejar upaya pembatasan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat C jika memungkinkan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.