Dunia

Kelompok teater Palestina lawan penjajahan Israel dengan seni

Meski mengalami kemunduran, Kelompok Teater Kebebasan di kamp Jenin di Tepi Barat menampilkan drama berdasarkan kisah perlawanan

Ali Rezzakoglu  | 30.11.2021 - Update : 03.12.2021
Kelompok teater Palestina lawan penjajahan Israel dengan seni Ilustrasi (Foto file - Anadolu Agency)

JENIN, Palestina 

Sebuah kelompok seni teater berbasis komunitas Palestina di kamp pengungsi Jenin di bagian utara Tepi Barat terus memberikan perlawanan terhadap pendudukan Israel dengan penampilan acara budaya.

Didirikan pada 1989 bertepatan dengan Intifadah pertama dan sebelumnya dikenal sebagai Teater Batu, kelompok Teater Kebebasan membangkitkan kenangan para pendirinya -- Arna Mer Khamis dan putranya Juliano Mer-Khamis, aktivis Yahudi anti-Zionis -- yang telah mengabdikan hidup mereka untuk mendukung anak-anak Palestina di kamp pengungsi.

“Drama yang diangkat dari cerita Little Jellyfish, yang ditulis oleh Ghassan Kanafani, adalah drama pertama yang dipentaskan di teater oleh grup itu. Banyak anak-anak dari kamp yang berakting dalam drama tersebut,” kata Mustafa Sheta, direktur umum teater itu.

Pada 2002, Juliano, yang terus memimpin kelompok itu setelah kematian ibunya, menemukan bahwa anak-anak seperti Alaa Sabagh, Ashraf Abu Alhija dan Yousef Sweatat, dan banyak lainnya, yang telah bergabung dalam pertempuran Jenin untuk melawan tentara Israel yang telah memasuki kamp selama Intifadah kedua.

“Dia mengikuti cerita anak-anak yang menjadi pejuang. Semuanya dibunuh oleh tentara Israel kecuali Zakaria Zubaidi, yang dipenjara sejak 2018,” kata Sheta kepada Anadolu Agency.

Terinspirasi oleh pergantian peristiwa ini, Juliano menyutradarai film Aran's Children pada 2004 yang menceritakan kisah seniman anak Palestina, yang terbunuh saat invasi militer Israel ke kamp.

Juliano telah terinspirasi oleh kelompok-kelompok di Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Swedia, dan Portugal untuk mendukung dan meningkatkan teater.

“Dengan kelompok-kelompok ini, dia ingin membangun identitas budaya nasional, jadi ini adalah kesempatan besar bagi para sukarelawan untuk mengekspresikan solidaritas mereka untuk perjuangan Palestina,” tambah Sheta.

Mereka mengadopsi banyak cerita internasional yang mirip dengan kehidupan di Palestina dan membahas situasi politik dan sosial seperti cerita terkenal.

“Kegiatan-kegiatan ini berjalan sangat baik sampai Juliano dibunuh pada 2011 di kamp Jenin oleh seorang pria bersenjata bertopeng di dekat Freedom Theatre,” kata direktur umum teater tersebut.

Pembunuhan itu tetap belum terpecahkan meskipun diselidiki oleh empat badan terpisah: polisi Israel, polisi Palestina, Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dan Shin Bet.

Terlepas dari kemunduran ini, kelompok teater terus bekerja dengan para aktor dan meluncurkan teater bergerak yang disebut bus kebebasan yang berjalan setiap tahun melintasi Tepi Barat dari 21-31 Maret untuk menceritakan kisah-kisah perlawanan dan orang-orang Palestina melalui media seni.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın