Israel berencana kurung 1,4 juta orang di daerah 12 km di selatan Gaza
Sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina di Rafah terpaksa untuk berlindung ke daerah Al-Mawasi, yang terletak di sebelah barat wilayah Rafah dan diklaim sebagai zona aman

Gaza
Daerah Al-Mawasi di selatan Gaza, tempat yang akan disiapkan Israel untuk memaksa 1,4 juta warga Palestina untuk mengungsi di tengah operasi darat, tidak dapat menampung populasi sebesar ini karena luas permukaannya yang kecil dan kuragnya infrastruktur.
Israel ingin menduduki kota Rafah, yang sebelumnya diumumkan sebagai zona aman selama serangannya di Jalur Gaza dan memaksa sekitar 1,4 juta warga Palestina untuk berpindah melalui darat ke wilayah itu.
Setelah mengumumkan niatnya untuk menyerang Rafah, pemerintah Tel Aviv mengklaim bahwa koridor perjalanan yang aman akan disediakan bagi ratusan ribu pengungsi untuk meninggalkan kota tersebut, menyusul reaksi dan peringatan dari komunitas internasional dan negara-negara Arab.
Menurut media Israel, sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina di Rafah terpaksa berlindung ke Al-Mawasi, yang terletak di sebelah barat wilayah tersebut dan diklaim sebagai zona aman.
Sebaliknya, pemerintah Israel menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan mengenai wilayah yang akan didatangi warga Palestina, yang rencananya akan diusir secara paksa dari Rafah.
Dalam sebuah wawancara yang dia berikan kepada saluran Amerika ABC News pada 11 Februari, yang sebagian disiarkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa "jalan yang aman" akan diberikan kepada ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi di Rafah sebelum kemungkinan serangan darat.
Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan "rencana detil" untuk menyediakan "jalan yang aman" bagi evakuasi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi di kota tersebut sebelum menduduki Rafah, yang dia gambarkan sebagai benteng terakhir Hamas di Gaza.
Wilayah Al-Mawasi
Terletak di pantai Mediterania, sekitar 28 kilometer barat daya Jalur Gaza, Mawasi adalah sebuah wilayah sepanjang 12 kilometer dan lebar sekitar satu kilometer di tenggara Lembah Gaza, dimulai dari Deir al-Belah di utara, melewati Khan Younis dan meluas ke Rafah.
Ribuan pengungsi Palestina saat ini tinggal di tenda-tenda, meskipun infrastruktur di selatan Gaza tidak memadai.
Tampaknya mustahil untuk menampung ratusan ribu orang di Mawasi, yang setara dengan 3 persen Jalur Gaza dengan luas permukaan sekitar 12 ribu kilometer persegi.
Mawasi, yang terbagi menjadi dua wilayah yang secara geografis saling terhubung, satu di Khan Yunus dan satu lagi di Rafah, sebagian besar terdiri dari lahan pertanian dan bukit pasir tandus.
Populasi Mawasi, tempat sebagian besar keluarga yang bekerja di bidang pertanian yang tinggal dari masa lalu, diperkirakan berjumlah sembilan ribu jiwa.
Sejarah Mawasi
Tanah Mawasi, yang diperuntukkan bagi keluarga-keluarga yang hidup dengan penghasilan pertanian sejak masa Ottoman dan masa Mandat Inggris.
Bergabung dengan perbatasan Mesir setelah Israel menduduki tanah Palestina pada tahun 1948, Mawasi menjadi kawasan pariwisata penting di Jalur Gaza.
Tentara Israel menduduki Jalur Gaza, termasuk Mawasi, selama tiga serangan terhadap Mesir pada 1956, tetapi mundur setelah 5 bulan, sehingga Mawasi kembali berada di bawah kekuasaan Mesir.
Israel membangun permukiman di wilayah Mevasi setelah kembali menduduki Jalur Gaza pada tahun 1967.
Mawasi dikosongkan pada 2005 sejalan dengan rencana penarikan sepihak mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon, sehingga tanah di wilayah tersebut dikembalikan kepada keluarga yang tinggal di sana dan bergerak di bidang pertanian.
Jumlah penduduk di Mawasi, yang namanya diambil dari proses dimana para petani di wilayah tersebut mengambil air dengan menggali kolam resapan di permukaan tanah untuk mengairi tanaman mereka, tidak melebihi 100 orang.
Selain itu, tidak ada infrastruktur, saluran air limbah, listrik dan jaringan komunikasi atau jalan aspal di wilayah tersebut.
Rencana Israel untuk mengurung 1,4 juta orang di Mawasi
Dengan meningkatnya serangan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza, ribuan warga Palestina terpaksa bermigrasi ke Mawasi, yang kekurangan kebutuhan dasar dan infrastruktur, dan mendirikan tenda di sana.
Israel sebelumnya telah meminta warga Palestina untuk pergi ke Mawasi. Tentara Israel, yang menyatakan Mawasi sebagai zona aman, melakukan serangan udara dan darat di wilayah tersebut pada Januari dan mengeluarkan pengungsi Palestina di sana ke Rafah.
Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada 22 Januari bahwa pesawat tempur Israel menargetkan 4 pusat titik di wilayah Mawasi.
Dalam beritanya yang diterbitkan pada 23 Januari, kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan bahwa pesawat tempur Israel mengebom tenda-tenda tempat pengungsi tinggal di wilayah Mawasi, dan puluhan orang tewas dan terluka dalam serangan tersebut.
Serangan Israel terhadap Rafah
Israel telah membunuh puluhan ribu warga Palestina dalam serangannya di seluruh Gaza, memaksa sebagian besar penduduk di bagian utara dan tengah wilayah tersebut untuk berlindung di kota Rafah di perbatasan Mesir.
Meski Israel menyerang wilayah selatan, yang dinyatakan sebagai "zona aman" bagi mereka yang berada di utara selama serangan, dari udara, kini Israel berencana untuk menyerang melalui darat dan memaksa penduduk untuk pergi.
Diperkirakan sekitar 1 juta 400 ribu warga sipil terjebak di Rafah.
Komunitas internasional memperingatkan Israel bahwa serangan menyeluruh terhadap Rafah akan menimbulkan tragedi besar baru.