Israel berbagi 'bukti' soal nuklir Iran dengan Prancis dan Jerman
Pembagian 'bukti' itu muncul setelah Netanyahu mengklaim intelijennya memegang 55 ribu halaman dokumen tentang dugaan nuklir yang dimiliki Iran

Israel
YERUSALEM
Israel akan mengirimkan para ahli ke Prancis dan Jerman untuk membagikan bukti dugaan tentang pengerjaan program nuklir Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan.
"PM setuju bahwa dia akan mengirim tim profesional untuk berbagi dengan Jerman dan Prancis tentang materi rinci yang telah dipegang Israel mengenai upaya Iran untuk memiliki senjata nuklir," kata penyataan resmi kantor Netanyahu pada Senin malam.
Langkah itu muncul tak lama setelah Netanyahu mengklaim bahwa dinas intelijen Israel telah memperoleh 55.000 halaman dokumen Iran yang mengungkapkan bagaimana Teheran diduga berbohong kepada dunia setelah menandatangani perjanjian penting pada 2015 untuk membatasi program nuklirnya.
Pada hari Senin, perdana menteri Israel berbicara melalui telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk membahas masalah Iran.
"Netanyahu juga berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di tengah terbongkarnya dokumen tentang rencana Iran untuk memiliki senjata nuklir," kata pernyataan itu.
"Perdana Menteri Netanyahu juga berencana untuk mengabari para pemimpin Inggris Raya dan Tiongkok segera."
Di tempat terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menolak klaim Israel tentang program nuklirnya dan menyebut tuduhan itu "tidak berdasar".
Pada Juli 2015, Uni Eropa dan kelompok negara P5+1 (Tiongkok, Jerman, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat) menandatangani Rencana Aksi Bersama yang Komprehensif (JCPOA) - yang juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran - dengan Teheran.
Kesepakatan tersebut mengatur pencabutan sanksi anti-Iran secara bertahap sebagai ganti Teheran membatasi program nuklirnya dan memungkinkan inspeksi untuk memastikan bahwa program nuklir tersebut aman.
Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan mengumumkan keputusan pada 12 Mei mendatang mengenai apakah AS akan menarik diri atau tidak dari kesepakatan nuklir tersebut.