Dunia

Inggris ungkapkan keprihatinan terhadap situasi di Libya

Perdana Menteri Libya Fayez Al-Serraj bertemu dengan rekan sejawatnya dari Inggris Theresa May dan Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt di London

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 10.05.2019 - Update : 10.05.2019
Inggris ungkapkan keprihatinan terhadap situasi di Libya Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt. (Foto file – Anadolu Agency)

London, City of

Ahmet Gurhan Kartal

LONDON 

Pemerintah Inggris mengungkapkan kekhawatiran kepada Perdana Menteri Libya Fayez Al-Serraj atas situasi terbaru di negara itu, kata Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt pada Kamis.

Pernyataan Hunt disampaikan setelah dia dan Perdana Menteri Theresa May bertemu dengan Al-Serraj di London.

Menurut pernyataan pemerintah, ketiga pejabat negara itu mendiskusikan komitmen Inggris untuk membangun dukungan internasional bagi gencatan senjata dan perlunya semua pihak untuk berkompromi dalam mencapai perdamaian.

"Pemerintah Inggris mengungkapkan keprihatinan mendalam kepada Perdana Menteri Serraj atas situasi di seluruh penjuru Libya, di mana keamanan dan situasi kemanusiaan terus memburuk," kata Hunt.

Dia mengatakan kekerasan yang terjadi baru-baru ini telah menyebabkan ribuan orang terlantar dan menghalangi bantuan darurat untuk para korban

Hunt juga menekankan pentingnya bagi semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional

"Dalam diskusi hari ini, kami meminta Perdana Menteri Serraj untuk mendorong semua pihak agar berkomitmen pada gencatan senjata, mengamankan akses kemanusiaan bagi mereka yang sangat membutuhkan dan kembali ke negosiasi politik yang dipimpin PBB," tambah Hunt.

Dia menegaskan bahwa tidak ada solusi militer di Libya dan diplomasi adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri pertumpahan darah dan ketidakpastian di negara itu.

Sejak awal April, pasukan pemerintah Libya Timur yang dipimpin Komandan Khalifa Haftar meluncurkan operasi militer dengan tujuan untuk merebut Tripoli dari Pemerintah Pusat Kesepakatan Nasional (GNA).

Libya masih dilanda krisis kekerasan sejak 2011, ketika pemberontakan yang didukung NATO menyebabkan penggulingan dan terbunuhnya Presiden Muammar Khaddafi setelah empat dekade berkuasa.

Sejak itu, perpecahan politik Libya menghasilkan dua kursi kekuasaan saingan - satu di Al-Bayda dan satu lagi di Tripoli - bersama dengan sejumlah kelompok milisi bersenjata berat.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.