Hamas kepada keluarga sandera Israel yang terbunuh: 'Kami ingin putra kalian kembali hidup-hidup'
Hamas menyalahkan Netanyahu atas pembunuhan tawanan Israel di Gaza akibat pemboman mematikan Israel di wilayah kantong Palestina tersebut

ANKARA
Kelompok perlawanan Palestina Hamas pada Kamis mengatakan pihaknya berusaha menjaga sandera Israel yang berada dalam tahanannya tetap hidup, tetapi para sandera dibunuh oleh tentara Israel atas ulah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan perang di Gaza.
Hamas menyerahkan jenazah Shiri Bibas, kedua anaknya; Ariel dan Kfir, serta Oded Lifshitz di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan Kamis dini hari berdasarkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Israel.
Terkait penyerahan jenazah empat tawanan Israel, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berusaha "mempertahankan kehidupan tawanan pendudukan," memberikan mereka apa yang mereka punya, dan "memperlakukan mereka secara manusiawi, namun tentara Israel membunuh mereka bersama para penculik mereka."
"Penjahat Netanyahu hari ini menangis atas jasad para tahanannya yang dikembalikan kepadanya dalam peti mati, dalam upaya terang-terangan untuk menghindari tanggung jawab atas pembunuhan mereka di hadapan para pendengarnya," kata Hamas.
Ketika ditujukan kepada keluarga tawanan Israel yang terbunuh - keluarga Bibas dan Lifshitz - Hamas mengatakan: "Kami lebih senang jika putra-putra kalian kembali hidup-hidup, tetapi tentara dan pemimpin pemerintahan kalian memilih untuk membunuh mereka alih-alih membawa mereka kembali."
"Anda adalah korban dari kepemimpinan yang tidak peduli dengan anak-anaknya," kata Hamas dalam pesannya kepada keluarga para sandera yang terbunuh.
Menegaskan bahwa keempat tawanan tersebut tewas akibat pemboman Israel di Gaza, Hamas mengatakan pemerintah Israel "memikul tanggung jawab penuh setelah berulang kali menghalangi perjanjian pertukaran."
Kelompok perlawanan Palestina itu menekankan bahwa kesepakatan pertukaran tawanan "adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan tawanan hidup-hidup kepada keluarga mereka," dan memperingatkan bahwa "setiap upaya untuk membawa mereka kembali dengan kekuatan militer atau kembali berperang hanya akan mengakibatkan lebih banyak korban di antara para tawanan."
Tahap pertama gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan mulai berlaku pada 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel yang telah menewaskan sedikitnya 48.300 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Jalur Gaza.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.