Türkİye, Dunia

Erdogan akan temui Putin, Merkel, dan Macron pada 5 Maret bahas Suriah

Erdogan memberi tahu Putin bahwa rezim Assad harus mengakhiri serangannya dan menghentikan krisis di Idlib

Maria Elisa Hospita  | 23.02.2020 - Update : 24.02.2020
Erdogan akan temui Putin, Merkel, dan Macron pada 5 Maret bahas Suriah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

Fahri Aksut, Havva Kara Aydin, Ferdi Turkten

ANKARA

Presiden Turki mengungkapkan akan bertemu dengan para pemimpin Rusia, Jerman, dan Prancis pada 5 Maret untuk membahas situasi di Suriah dan Libya.

“Masalah Idlib sama pentingnya dengan wilayah Operasi Afrin dan Operasi Mata Air Perdamaian. Kami akan bertemu lagi pada 5 Maret untuk membahas masalah ini," ujar Recep Tayyip Erdogan mengacu pada diskusi via telepon dengan Presiden Vladimir Putin, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Emmanuel Macron pada Jumat.

Dia menekankan bahwa operasi militer Turki telah membawa perdamaian ke daerah-daerah yang dikuasai oleh kelompok teroris YPG/PKK dan Turki akan membangun lingkungan damai yang sama di Idlib.

Dalam lebih dari 30 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa - telah bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. YPG adalah cabang PKK di Suriah.

"Mudah-mudahan kami akan mencapai hasil paling relevan untuk kepentingan negara kami dan saudara-saudara kami di Suriah," tambah dia.

Erdogan menegaskan kebijakan Turki tentang Suriah dan Libya "harus dirancang dengan sebaik-baiknya" sehingga peta jalan pun sudah dibuat.

Selama pembicaraan di telepon pada Jumat, Erdogan memberi tahu Putin bahwa rezim Assad harus mengakhiri serangannya dan menghentikan krisis di Idlib.

Dia menambahkan bahwa menyelesaikan krisis di Idlib harus mengacu sepenuhnya pada Kesepakatan Sochi 2018.

Kemudian, keduanya menyatakan komitmen untuk mengimplementasikan semua kesepakatan yang dicapai tentang Suriah.

Idlib, yang merupakan rumah bagi empat juta warga sipil, ditetapkan sebagai zona de-eskalasi sejak akhir tahun 2018 melalui sebuah kesepakatan antara Turki dan Rusia.

Namun, rezim Assad dan sekutu-sekutunya konsisten melanggar gencatan senjata dan kerap meluncurkan serangan ke wilayah itu. Akibatnya, ratusan ribu warganya melarikan diri ke Turki.

Turki telah mendesak rezim untuk mengakhiri serangan dan mematuhi gencatan senjata.

Turki juga memperingatkan jika serangan tak diakhiri, maka Turki akan bertindak.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.