Brasil: AS tidak bisa gunakan wilayah kami untuk invasi Venezuela
Brasil menentang intervensi militer apa pun oleh AS di Venezuela, kata wakil presiden negara itu

Ankara
Muhammed Emin Canik
BUENOS AIRES
Wakil presiden Brasil pada Senin mengatakan negaranya tidak akan mengizinkan Amerika Serikat melakukan intervensi militer di Venezuela melalui wilayah Brasil.
"Brasil menentang intervensi militer apa pun oleh AS di Venezuela," kata Hamilton Mourao, berbicara pada pertemuan Lima Group di Bogota, Kolombia.
Kelompok ini merupakan blok beranggotakan 14 negara Amerika Latin yang fokus pada penyelesaian damai atas krisis lama Venezuela.
Dalam sebuah wawancara televisi di Brasil, Mourao juga mengatakan negaranya berupaya untuk memastikan bahwa krisis di Venezuela tidak berubah menjadi konflik bersenjata di kawasan tersebut.
Komentarnya disampaikan sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengecam Presiden Venezuela Nicolas Maduro, mengatakan hari-harinya di pemerintahan hanya menghitung hari.
"Kami sangat berharap dalam beberapa hari dan minggu dan bulan ke depan, rezim Maduro akan memahami bahwa orang-orang Venezuela telah menghitung hari-harinya," kata Pompeo dalam sebuah wawancara di Fox News Sunday.
Setidaknya empat orang terbunuh dan 200 lainnya luka-luka saat terjadi protes anti-pemerintah di Venezuela pada Sabtu.
Sebanyak 51 satu orang juga ditangkap ketika bentrok dengan pasukan keamanan di perbatasan Kolombia.
Para demonstran mendesak pemerintah untuk membuka perbatasan dan mengizinkan bantuan kemanusiaan AS masuk ke Venezuela.
Ketika ditanya apakah kekuatan militer akan digunakan melawan Maduro, Pompeo mengatakan setiap opsi itu mungkin saja terjadi.
"Kami akan melakukan hal-hal yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa suara rakyat Venezuela didengar, bahwa demokrasi berkuasa dan bahwa ada masa depan yang lebih cerah bagi rakyat Venezuela," tambahnya.
Venezuela telah diguncang oleh protes sejak 10 Januari, ketika Maduro dilantik untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan meningkat ketika Juan Guaido, yang mengepalai Majelis Nasional Venezuela, menyatakan dirinya sebagai presiden pada 23 Januari, suatu langkah yang didukung oleh AS dan banyak negara Eropa dan Amerika Latin.
Sementara Rusia, Turki, China, Iran, Bolivia, dan Meksiko menyatakan dukungannya untuk Maduro.