Michael Hernandez

WASHINGTON

Amerika Serikat pada Rabu mengecam rezim Suriah dan sekutunya dan menegaskan bahwa operasi militer mereka di Provinsi Idlib sama sekali tidak memerangi terorisme.

"Ketertarikan rezim Assad pada Idlib tidak ada hubungannya dengan memerangi teroris yang ada di sana, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan membangun kembali kendali atas wilayah dan menjadikan penduduk sipil di sana sebagai jenis kebrutalan yang kami perkirakan dari rezim itu," kata Nathan Sales, koordinator kontraterorisme Departemen Luar Negeri, kepada wartawan.

"Dan hal yang sama berlaku untuk orang yang memungkinkan rezim Assad dari luar. Mereka tidak peduli tentang memerangi teroris. Mereka peduli tentang membangun kembali hegemoni," tambah dia.

Rezim Suriah, yang didukung oleh kekuatan udara Rusia dan pasukan Iran, meluncurkan kampanye untuk merebut kembali Provinsi Idlib dari kelompok-kelompok oposisi pada Desember.

Menurut perkiraan PBB, pertempuran telah menyebabkan sekitar 900.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Mark Lowcock, kepala kemanusiaan PBB, menggambarkan situasi di barat laut Suriah sebagai sesuatu yang mengerikan.

Idlib, dekat perbatasan selatan Turki, berada dalam zona de-eskalasi yang diatur dalam kesepakatan antara Turki dan Rusia pada akhir 2018.

Namun, rezim Suriah dan sekutu-sekutunya secara konsisten telah melanggar ketentuan-ketentuan gencatan senjata, dengan sering melancarkan serangan di dalam wilayah tempat tindakan agresi secara tegas dilarang.

David Schenker, pejabat tinggi Departemen Luar Negeri untuk Timur Tengah, mengatakan kepada wartawan bahwa tidak hanya situasinya yang mengerikan, tapi juga disengaja.

"Ini disengaja, dan kekejaman sedang dilakukan. Ini adalah kemarahan," tambah dia.