Analisis

Di Helsinki, Trump bikin marah semua orang Amerika

Pertemuan Trump dengan Putin di Helsinki tampaknya tidak berkontribusi pada pencatatan sejarah, tetapi lebih menjadi titik balik dalam sejarah yang akan ditulis tentang Presiden Trump

Dandy Koswaraputra  | 24.07.2018 - Update : 24.07.2018
Di Helsinki, Trump bikin marah semua orang Amerika

Jakarta Raya


Untuk pertama kalinya sejak memimpin Amerika, Presiden Donald Trump berhasil menyatukan Partai Republik dan Demokrat untuk bersama menentang dia. Dalam pernyataannya saat konferensi pers setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, di Helsinki, Trump mengatakan bahwa dia telah mendengar dari Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats tentang campur tangan Rusia dalam Pemilu Amerika pada 2016. Trump mengatakan bahwa dia telah membicarakan masalah tersebut dengan Putin, yang membantah tuduhan itu. Trump menambahkan bahwa tidak ada alasan bagi dia untuk percaya bahwa Rusia telah ikut campur.

Mengambil posisi membela seorang pemimpin asing ketimbang bersama orang Amerika sendiri dianggap oleh mantan Direktur CIA John Brennan sebagai tindakan pengkhianatan. Dalam tweet-nya, dia menyerukan “Patriotik Republikan: Di mana Anda?”

Tidak ketinggalan Partai Republik sendiri bereaksi terhadap kader partainya. Untuk pertama kali dalam beberapa tahun terakhir, saluran sayap kanan Fox News mengeluarkan kecaman pedas kepada Trump sepanjang hari setelah pernyataan Helsinki-nya. Penyiar TV, pakar dan analis satu suara: Putin adalah musuh, bukan sekutu, dan presiden AS tidak boleh memihak orang asing dan mengabaikan orang Amerika.

Kritik sengit

Mulai dari Fox News, Kongres, situs media sayap kanan, hingga orang-orang Republikan secara serempak melawan sikap ramah Trump kepada Putin. Ketua DPR Paul Ryan mengatakan intelijen AS telah mengumumkan bahwa Rusia melakukan intervensi. "Presiden harus menghargai bahwa Rusia bukan sekutu," kata Ryan dalam sebuah pernyataan.

Senator Republik Bob Corker, yang juga Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengatakan bahwa Putin “hanya memahami bahasa kekuatan.” Corker menuduh Trump memberi kesan bahwa Amerika adalah bangsa yang lemah, yang mudah dikalahkan.

Sementara itu, Coats menanggapi pernyataan Trump dengan menegaskan bahwa telah ada konsensus di antara badan-badan intelijen AS terkait intervensi Rusia dalam pemilu 2016, dan menekankan bahwa intelijen AS sudah mengeluarkan laporan "obyektif dan akurat" dengan tujuan melindungi keamanan nasional Amerika.

Dalam perjalanannya kembali ke Amerika dengan Air Force One, Presiden Trump pasti telah menonton reaksi masyarakat di negerinya melalui TV. Karena itu, dia men-Tweet sebuah pernyataan di mana dia mempertegas pendiriannya terhadap badan-badan intelijen Amerika, yang kali ini dengan alasan bahwa Amerika dan Rusia harus melupakan masa lalu dan saling mendukung, karena keduanya kekuatan nuklir. Penjelasan ini tidak meredakan kecaman masyarakat atas sikap Trump tersebut.

Dengan mendukung Putin di atas keyakinannya sendiri, Trump telah mengalihkan perhatian dari KTT, di mana kedua pemimpin justru membahas isu-isu internal kedua negara tersebut termasuk lokasi penyimpanan nuklir mereka. Selain itu, mereka membicarakan soal isu-isu luar negeri, termasuk Ukraina, Iran dan Suriah.

Namun, orang Amerika tidak berminat sama sekali untuk mengomentari apa yang dibicarakan Trump dengan Putin. Melalui KTT tersebut, Trump lebih memperjelas kecurigaan populer Amerika bahwa dia “di saku Putin,” memakai istilah yang dikatakan Brennan. Bahkan situs web sayap kanan yang radikal dan berpengaruh, seperti Laporan Drudge, membuat judul berita utama, "Putin mendominasi di Hel," bermain di neraka kata dan pemendekan Helsinki.

Titik balik

Dengan kesan yang tegas bahwa Trump ada di saku Putin, tidak ada gunanya menganalisis apa pun yang dikatakan kedua pemimpin itu, baik secara pribadi maupun publik

Dengan penegasan kesan bahwa Trump ada di saku Putin, tidak ada gunanya menganalisis apa yang dikatakan kedua pemimpin itu, baik secara pribadi maupun publik. Lagi pula, Trump telah menuruti semua apa yang dimaui Putin. Dari perspektif Amerika, lebih mempercayai Putin ketimbang lembaga inteligen sendiri serta menolak menjual senjata ke Ukraina meski Trump selama ini mengemis kepada para anteknya untuk membeli senjata sari negara Paman Sam tersebut untuk menjaga keberlangsungan industri dan menghidupi para pekerja.

Di Suriah, Trump sebelumnya telah mengumumkan secara lugas apa yang diminta berulang kali oleh pejabat Rusia di depan umum: Penarikan pasukan AS, yang diperkirakan dua ribu personil, dari wilayah Suriah timur Euphrates.

Satu-satunya posisi bahwa Trump tampaknya berbeda dengan Rusia adalah Iran. Tidak seperti Putin, yang mengumumkan bahwa negaranya - bersama Eropa dan Cina - tetap dalam kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump menarik kesepakatan dengan Iran soal nuklir pada 8 Mei, yang telah melemahkan pemerintahan Iran.

Pejabat senior Gedung Putih telah berulang kali mengatakan bahwa Trump bermaksud untuk berdagang dengan Putin terkait Iran. Trump akan siap untuk memberikan timbal balik kepada Rusia, apa pun yang diminta Moskow, termasuk mengakui keberadaan Semenanjung Krimea dan Suriah dan mencabut sanksi AS terhadap Rusia, sebagai imbalan bagi Moskow jika mau bergabung dengan Washington bersama-sama mengepun Republik Islam Iran. Trump juga ingin milisi Iran keluar dari Suriah.

Para skeptis di Washington menolak argumen Pejabat senior Gedung Putih tersebut dengan menyatakan bahwa memang telah ada dorongan bagi Putin untuk bergabung dengan Trump dalam menghadapi Iran, karena presiden AS telah memberikan apa yang dituntut Moskow.

Sementara Kongres telah menyetujui dengan hampir suara bulat dari Republik dan Demokrat untuk menerapkan sanksi baru bagiRusia. Trump telah memveto mereka keputusan tersebut dan memilih tidak menjalankan salah satu dari sanksi yang direkomendasikan Kongres.

Sementara Trump ingin pertemuannya dengan Putin terlihat seperti Reagan-Gorbachev pada tahun 1986. Pertemuannya dengan Putin menunjukkan bahwa dia memiliki utang budi kepada Putin. Alih-alih Trump memaksa Rusia untuk menghentikan campur tangan dalam pemilu AS, dia justru mencoba melindungi Rusia yang langkahnya tersebut menjadi bumerang dan mungkin merugikan presiden secara politis.

Pertemuan Trump dengan Putin di Helsinki tampaknya tidak berkontribusi pada pencatatan sejarah, tetapi lebih menjadi titik balik dalam sejarah yang akan ditulis tentang Presiden Trump.

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Anadolu Agency

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın