Türkİye

Presiden Turki ajak anggota OKI tingkatkan kerja sama di tengah pandemi

Negara-negara Islam harus meningkatkan upaya untuk meredakan tekanan dari mata uang dolar atau euro, tutur Presiden Turki Erdogan

Muhammad Abdullah Azzam  | 26.11.2020 - Update : 26.11.2020
Presiden Turki ajak anggota OKI tingkatkan kerja sama di tengah pandemi Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Foto file - Anadolu Agency)

Istanbul

Gokhan Ergocun, Aysu Bicer, dan Sena Guler

ISTANBUL

Sistem perekonomian dunia saat ini yang berbasis pada kepentingan dan dominasi pada masa mendatang akan tergantikan oleh sistem partisipasi yang membutuhkan pembagian risiko, kata presiden Turki pada hari Rabu.

"Dalam hal ini, penting untuk memperluas penggunaan produk seperti sukuk [Islam] untuk membiayai investasi infrastruktur jangka panjang yang besar," kata Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pertemuan virtual Komite Tetap untuk Kerjasama Ekonomi dan Komersial dari Organisasi Kerjasama Islam (COMCEC).

Sukuk adalah sertifikat keuangan Islam, mirip dengan obligasi keuangan di Barat, yang sesuai dengan hukum agama Islam, yang juga dikenal sebagai prinsip Syariah.

Erdogan mengatakan negara-negara COMCEC harus mengambil langkah-langkah aktif untuk mencegah pandemi virus korona yang merugikan perdagangan luar negeri.

"Langkah-langkah yang akan kami ambil untuk meningkatkan perdagangan di antara negara-negara anggota COMCEC adalah suatu hal yang penting," tambah dia.

Presiden Turki mendesak anggota COMCEC untuk meningkatkan upaya unik untuk mengurangi tekanan mata uang pada ekonomi, termasuk menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan.

Turki telah lama menganjurkan lebih banyak penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan internasional daripada dolar atau euro.

Mengenai upaya untuk mengoordinasikan standar untuk produk halal - dibuat sesuai dengan standar Muslim, Erdogan mengatakan anggota COMCEC telah mengerjakan ini selama beberapa waktu, tetapi belum mencapai koordinasi yang mereka inginkan.

“Sebagai negara Islam, semakin banyak kita meningkatkan produksi, semakin kuat ekonomi kita,” tegas dia.

“Kita harus mengambil langkah-langkah peningkatan produksi dan perdagangan bernilai tambah daripada struktur ekspor berdasarkan bahan mentah atau produk setengah jadi,” tutur dia.


-'Islamofobia dilindungi oleh kepala negara Eropa'

Mengenai masalah Islamofobia, Erdogan mengatakan bahwa di beberapa negara Eropa "Islamofobia" telah menjadi "kebijakan yang dilindungi secara pribadi oleh kepala negara."

Dalam beberapa hari terakhir, Erdogan telah menyoroti Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk kebijakan anti-Muslimnya.

Erdogan mengatakan umat ​​Islam menjadi sasaran kampanye kebencian yang sama yang dihadapi orang Yahudi di Eropa sebelum Perang Dunia II.

“Memerangi Islamofobia dan xenofobia adalah tanggung jawab kita terhadap saudara kita yang tinggal di tanah itu,” tutur Erdogan, menambahkan bahwa negara-negara Islam harus melawan “rasisme budaya yang mengelilingi Barat seperti wabah” dalam ranah hukum dan demokrasi dengan menggunakan platform internasional.

Bulan lalu, Macron menuduh Muslim Prancis sebagai kelompok "separatisme," dan menggambarkan Islam sebagai "agama dalam krisis."

Pernyataan Macron dan pembelaannya terhadap kartun yang menghina Nabi Muhammad telah memicu boikot produk Prancis di beberapa negara, termasuk Indonesia, Qatar, Kuwait, Aljazair, Sudan, Palestina, dan Maroko.


- Program melindungi Yerusalem

"Kami telah meluncurkan program baru dalam COMCEC untuk menjaga Yerusalem, sebuah kota suci bagi umat Islam dan ibu kota negara Palestina,” kata Erdogan.

“Melalui program ini, kami bertujuan untuk memperkuat ekonominya dan meningkatkan situasi sosial ekonomi masyarakat Yerusalem,” sebut dia.

Negara-negara anggota COMCEC akan mendukung penuh program yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kota suci yang diduduki, lanjut Erdogan.

Dia yakin bahwa persatuan, solidaritas, dan kerja sama yang efektif di antara kita akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam perjuangan Palestina dan di bidang lain.

Wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, telah diduduki Israel sejak 1967.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın