Budaya, Nasional

Tak ada anggur Paskah di gereja di masa pandemi

Kisah seorang warga menjalani pembatasan sosial skala besar di Jakarta

Hayati Nupus  | 13.04.2020 - Update : 14.04.2020
Tak ada anggur Paskah di gereja di masa pandemi Ilustrasi: Suasana jalanan utama di Jakarta sepi setelah pemerintah menghimbau untuk kerja dari rumah sebagai upaya mengatasi Covid-19. (Anton Raharjo - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA 

Warga Jakarta menjalani hari yang tak biasa, saat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan mulai Jumat, 10 April lalu.

Seperti yang dialami oleh Rio Manik, kamerawan salah satu stasiun televisi nasional di Indonesia. Senin siang, Rio kembali ke Jakarta, seusai mengambil uang pensiun ibunya di kantor Taspen Tangerang.

Di perbatasan Tangerang-Jakarta di Tanjung Duren, Jakarta Barat, puluhan polisi berjaga. Mereka mengecek setiap kendaraan yang datang dari luar Jakarta, termasuk kendaraan yang dikendarai Rio.

Kebijakan PSBB mengharuskan setiap pengendara mengenakan masker dan membatasi jumlah penumpang untuk menjaga jarak sosial (social distancing). Polisi berpatroli di 33 titik perbatasan di sejumlah wilayah di Jakarta.

“Kalau nggak pakai masker, disuruh balik lagi, nggak bisa masuk ke Jakarta,” ujar Rio kepada Anadolu Agency, pada Senin.

Beruntung, mobil yang Rio tumpangi hanya berisikan empat orang dan semuanya mengenakan masker. Rio sampai ke rumahnya di Matraman, Jakarta Timur, dengan lancar.

Selain memperketat pemantauan di perbatasan, pemerintah juga meminta warga untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, agar terhindar dari infeksi virus Covid-19.

Semua dari rumah

Sejatinya imbauan untuk tetap tinggal di rumah itu berlaku sejak 15 Maret lalu, belasan hari sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua pasien positif Covid-19 di Indonesia.

Jika biasanya Rio beserta istri dan keempat anaknya banyak beraktivitas di luar ketika siang hari, kini mereka lebih banyak berkumpul di dalam rumah. Bercengkrama, atau menjajal masakan baru.

Pada jam sekolah, anak-anak tetap belajar seperti biasa. Bedanya, kali ini aktivitas itu dilakukan di rumah.

Namun, sebagai kamerawan, Rio tak bisa sepenuhnya bekerja dari rumah.

“Sesekali saya harus tetap turun ke lapangan untuk mengambil gambar,” kata Rio.

Ketika harus liputan, Rio membekali diri dengan masker dan hand sanitizer. Rio juga harus memperpanjang jarak dengan obyek gambar dari satu menjadi tujuh meter.

“Gambar yang tampil hasil zoom, karena kita harus menjaga jarak,” kata Rio.

Begitu pulang ke rumah, Rio segera mandi dan berganti pakaian. Dia khawatir ada virus menempel di baju dan menulari keluarga.

“Sepuluh kali saya keluar rumah, 10 kali pula saya mandi,” kelakar Rio.

Umumnya narasumber juga membatasi jumlah peliput hingga empat orang.

Menyiasati itu, sejumlah kamerawan televisi bersepakat untuk mengambil gambar secara bergantian. Hasilnya, dibagikan bersama.

“Jadinya memang kita tidak punya gambar eksklusif, tapi wabah mengharuskan kami begini agar tetap survive. Kantor [media] pun memaklumi,” ujar Rio.

Pengamanan maksimal itu dilakukan pula oleh istrinya, Vince Siagian. Sejak wabah melanda, Vince tak setiap hari pergi ke pasar. Dia hanya sesekali berbelanja untuk memenuhi persediaan sepekan.

Vince berangkat ke pasar lengkap dengan jaket parasut, kaca mata, sarung tangan plastik dan masker. Saat berbelanja, dia memilih pedagang yang tak dikerumuni pembeli.


Paskah di media sosial

Pada hari raya Paskah tahun ini, tepat ketika kebijakan PSBB berlaku, Rio dan keluarga menjalaninya melalui media sosial Facebook.

Tak ada perayaan di gereja, sebab pemerintah meminta warga untuk beribadah dari rumah, demi mencegah penyebaran virus SARS CoV-2.

Lewat media sosial itu, Pendeta Yogi Poltak Siagian dari Gereja GBI Megamatraman memimpin perayaan. Para jemaat khusyuk mengikutinya dari rumah. Mereka menyiapkan makanan dan minuman pengganti anggur untuk perjamuan itu.

“Sudah tiga pekan pula ibadah di gereja ditiadakan, kami beribadah di rumah masing-masing,” ujar Rio.

Begitu pula, keluarga besar tak lagi berkumpul di rumah Rio seusai Misa Paskah. Semuanya tetap di rumah.

Tak ada pula kumpul bersama saban akhir pekan untuk pesta rujak atau menonton bersama.

Hingga hari ini, Senin, tercatat sudah 4.557 kasus infeksi Covid-19 di Indonesia. Sebanyak 380 pasien di antaranya pulih namun 399 lainnya meninggal dunia.

Rio merindukan kehidupan Jakarta yang normal seperti dulu. Dia berharap wabah ini segera pergi. Agar masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa dan dunia sehat kembali.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın