Regional

Wabah virus ganggu rantai pasokan industri garmen Myanmar

Pabrik kekurangan bahan baku karena tertahan di pelabuhan

Muhammad Nazarudin Latief  | 27.02.2020 - Update : 27.02.2020
Wabah virus ganggu rantai pasokan industri garmen Myanmar Ilustrasi. (Foto file-Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Pabrik-pabrik garmen, alas kaki dan tas di empat zona industri sekitar Yangon, Myanmar, terpaksa ditutup atau membatasi kegiatan karena kekurangan bahan baku dari China, ujar seorang pejabat dari salah satu zona industri.

Muatan peti kemas bahan baku dari China terjebak di pelabuhan Yangon seperti Pelabuhan Industri Myanmar, Dermaga Thilawa, dan Terminal Pelabuhan Asia World, kata U Aye Thaung, Kepala Kawasan Industri Shwe Pyi Thar pada Rabu.

“Banyak kontainer dari China telah tiba, tetapi pabrik-pabrik garmen belum bisa mengeluarkan bahan mentah itu,” kata U Aye Thaung.

“Pengiriman bahan baku bertepatan dengan Tahun Baru Imlek dan beberapa pabrik masih ditutup karena wabah koronavirus, ”tambah dia seperti dikutip dari Myanmar Times.

Menurut dia, pabrik-pabrik belum diizinkan mengeluarkan kontainer karena berasal dari China.

Jika semua dokumen impor lengkap namun harus masuk pada proses karantina selama 14 hari atau satu bulan maka hal itu akan menjadi masalah besar.

“Stok bahan baku di pabrik-pabrik lokal diperkirakan akan habis pada akhir bulan ini. Jika barang ditahan sekitar dua minggu atau lebih, semua pabrik harus ditutup,” ujar dia.

“Yang dibutuhkan sekarang adalah pembersihan cepat kontainer bahan baku dari China setelah semua bea telah dibayarkan kepada Otoritas Pelabuhan Myanmar.”

Pabrik sepatu dan tas juga mengandalkan bahan baku dari China. Mereka yang masih memiliki bahan baku bisa beroperasi, tetapi pabrik-pabrik kehabisan sudah berhenti beroperasi.

“Hampir semua pabrik - tidak hanya yang berada di Kawasan Industri Shwe Pyi Thar, tetapi juga dari Shwe Lin Ban, Hlaing Thar Yar, dan zona industri Dagon Seikkan - harus ditutup,” kata dia.

Pabrik garmen, sepatu dan tas di Wilayah Yangon biasanya mengimpor bahan baku dari China satu, dua atau tiga bulan sebelumnya.

Penutupan pabrik mulai terjadi pada pertengahan Januari karena Tahun Baru Imlek dan diharapkan semua akan kembali normal pada akhir Januari.

Sekarang kami tidak yakin kapan bisa beroperasi normal kembali karena wabah virus korona, ”kata U Aye Thaung.

“Jumlah pabrik yang telah ditutup mungkin mencapai 10, ”kata dia.

“Kami menyerahkan surat resmi kepada pemerintah mengenai situasi tersebut dan sedang menunggu tanggapan. Dampak dari situasi saat ini sama sekali tidak terduga, ”katanya.

"Jika bahan baku diproduksi di negara kita, ini tidak akan terjadi. Situasi saat ini telah menyoroti apa yang perlu dikembangkan di Myanmar, ”kata U Aye Thaung. -

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın