Regional

PM Thailand minta tunda demonstrasi demi tekan Covid-19

Prayut mengatakan aksi tersebut menimbulkan risiko lonjakan baru dalam transmisi Covid-19 yang akan berdampak pada ekonomi negara

Pizaro Gozali Idrus  | 18.09.2020 - Update : 21.09.2020
PM Thailand minta tunda demonstrasi demi tekan Covid-19 Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha. (Dursun Aydemir - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA 

Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha meminta para peserta aksi menunda demonstrasi anti pemerintah yang akan digelar pada Sabtu, lansir Bangkok Post pada Jumat.

Berbicara dalam saluran televisi pemerintah, Prayut mengatakan aksi tersebut menimbulkan risiko lonjakan baru dalam transmisi Covid-19 yang akan berdampak pada ekonomi negara.

"Dengan itu, Anda juga menimbulkan risiko besar bagi mata pencaharian puluhan juta orang Thailand," ujar Prayut.

Prayut sadar para pengunjuk rasa memiliki aspirasi politik terhadap pemerintah.

Namun saat ini, kata dia, negara memiliki masalah lebih mendesak yang perlu ditangani.

"Itu adalah kehancuran ekonomi yang ditimbulkan oleh Covid-19. Jangan buat situasi lebih buruk,” terang dia.

Prayut mengatakan protes tersebut dapat menunda agenda pemulihan ekonomi karena akan mempengaruhi kepercayaan bisnis dan wisatawan yang ingin kembali ke Thailand saat situasi pulih.

"Mari kita coba melewati krisis global ini dan mengalahkan Covid bersama-sama dulu. Lalu kita bisa kembali ke politik," tukas dia.

Meskipun demikian, Prayut berjanji memperlakukan demonstrasn "dengan lembut" selama unjuk rasa akhir pekan ini guna menghindari kekerasan.

“Saya mengatakan kepada mereka untuk menangani [para pengunjuk rasa] dengan lembut karena mereka masih muda," kata Prayut.

Piyarat Chongthep, mantan petinggi Future Forward Party dan koordinator aksi, menyampaikan setidaknya 40.000 orang akan hadir dalam aksi anti pemerintah.

Para pengunjuk rasa akan melakukan aksi di lapangan Sanam Luang, Bangkok.

"Sekarang kami memiliki sekitar 200-300 relawan keamanan. Semuanya harus mendaftar menggunakan KTP agar bisa diverifikasi dan mencegah pihak ketiga menyusup secara terselubung," ujar Piyarat.

Piyarat menyampaikan pimpinan unjuk rasa yang juga mahasiswa akan berkoordinasi dengan polisi.

Para mahasiswa, kata Piyarat, masih berusaha membujuk pimpinan universitas untuk mengizinkan menggunakan kampus selama unjuk rasa.

“Jika universitas setuju, terminal bus Sanam Luang akan digunakan sebagai pusat koordinasi untuk sukarelawan dan paramedis,” kata Piyarat.

Penyelenggara juga berharap mendapatkan izin bagi pengunjuk rasa untuk menggunakan jalan-jalan terdekat karena mereka harus tinggal setidaknya sampai jam 3 pagi pada hari Minggu.

Koalisi pemuda Thailand, mahasiswa dan aktivis politik telah melancarkan serangkaian protes sejak pertengahan Juli 2020 yang menjadi aksi protes jalanan terbesar di negara itu sejak kudeta enam tahun lalu.

Gerakan anti pemerintah yang menyebar ke berbagai wilayah ini mendesak Perdana Menteri Prayut Chan O-cha mundur, pembubaran parlemen, konstitusi baru, diakhirinya kriminalisasi pengkritik pemerintah, dan reformasi monarki.

Prayut diketahui merupakan mantan kepala militer yang mengkudeta pemerintahan pada 2014.

Demonstran juga menuntut pembubaran parlemen dan kebebasan mengkritik pemerintah.

Aksi demonstrasi pemerintah pun kini merembet dengan menyentuh sakralitas raja.

Agustus lalu, demonstran turun ke jalan di Bangkok dan membacakan daftar tuntutan untuk kerajaan termasuk reformasi hukum "lese majeste" yang melindungi Raja dari kritik.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.