Kabut asap capai Thailand selatan sisakan beragam penyakit
Muhamamdrokhmat, 36, warga Kabupaten Sai Buri, Provinsi Pattani, mengaku mengalami batuk dan demam akibat polusi asap dari Indonesia

Jakarta Raya
PATTANI
Warga Thailand Selatan hingga Jumat masih merasakan kabut asap akibat kebakaran hutan di Sumatera, Indonesia.
Muhamamdrokhmat, 36, warga Kabupaten Sai Buri, Provinsi Pattani, mengaku mengalami batuk dan demam akibat polusi asap dari Indonesia.
Dia menyampaikan walau kondisi di Pattani sudah turun hujan, namun kabut asap tidak sepenuhnya hilang.
Berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQI), kualitas udara Provinsi Pattani berada pada level 61 atau berstatus moderat.
“Saya masih batuk-batuk hingga hari ini,” kata dia kepada Anadolu Agency di Pattani.
Kabut asap, kata Muhammadrokhmat, juga menganggu aktivitas transportasi sehari-sehari karena jalan masih diliputi kabut asap.
Dia mengharapkan pemerintah Thailand mau terjun memberikan masker kepada seluruh masyarakat yang terimbas.
“Kalau tidak pergi ke rumah sakit, kita tidak mendapatkan masker,” kata dia.
Hal senada juga dirasakan Syarif bin Haji Mustafa, 31. Warga perbatasan Provinsi Pattani-Yala ini hingga kini mengaku masih merasakan polusi asap saat bernapas.
Selain itu, dia juga mengidap penyakit batuk akibat serbuan asap yang menyelimuti wilayah Thailand selatan.
“Batuknya sampai ke leher,” jelas dia.
Syarif mengatakan polusi kabut asap yang belum hilang dari wilayahnya juga berimbas pada kondisi kesehatan anaknya yang berumur 7 bulan.
Menurut dia, anaknya yang masih bayi itu, terus batuk dan selalu menangis sepanjang malam.
“Saya sudah membawanya ke klinik,” ujar dia.
“Tapi penyakit akibat kabut asap belum bisa hilang,” jelas dia.
Sedangkan anak Syarif yang berumur 5 tahun mengalami gatal-gatal di kulit hingga saat ini.
Dia pun mendesak pemerintah Thailand berdialog dengan pemerintah Indonesia untuk mencegah kabut asap di Sumatera.
“Kejadian ini terus berulang setiap tahun. Saya harap ini tidak terjadi kembali,” ucap dia.
Kondisi serupa juga terjadi di Provinsi Narathiwat di Thailand Selatan. Hasan Yamadibu, 31, warga kota Reuso, Provinsi Naratihwat, terpaksa harus mengungsi saat kabut asap menyerang beberapa waktu lalu.
Dalam pantauan Anadolu Agency, Indeks Kualitas Udara di Provinsi Narathiwat pada Jumat berada pada level 102 atau berkategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.
“Saya pergi mengungsi ke wilayah hutan di Yala untuk mendapat udara segar,” ujar dia.
Radio lokal, kata Hasan, telah meminta warga untuk berdiam diri dan tidak beraktivitas di luar rumah.
Awalnya, kata Hasan, banyak para warga bingung dari mana kabut asap berasal. Namun saat tahu asap berasal dari Indonesia, banyak warga tak menyangka.
“Karena Indonesia sangat jauh dari Thailand,” kata Hasan.
Azmi Haji Abdul Aziz, aktivis lingkungan setempat, mencatat kabut asap dari Indonesia terus memasuki wilayah Thailand selatan dalam tiga tahun terakhir.
Namun, kata dia, kondisinya pada tahun ini sangat parah.
Azmi menyampaikan serbuan kabut asap itu meliputi empat provinsi di wilayah selatan yakni Yala, Narathiwat, Pattani, dan Songkla.
“Perlu langkah nyata dari pemerintah Thailand untuk menangani kabut asap,” ujar penasehat Jaringan Belia Lembahan Sungai Teluban atau JALEM, organisasi lingkungan di selatan Thailand.
Azmi mendorong Indonesia dan Thailand mencari langkah-langkah solutif untuk mencegah kabut asap.
“Pemerintah Thailand harus memberi masukan kepada Indonesia,” terang dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.