Regional

5 satwa punah ini ditemukan kembali di Singapura

Kelima satwa ini melengkapi penemuan ular buta yang sebelumnya dinyatakan punah selama 172 tahun dan muncul kembali di Singapura

Hayati Nupus  | 04.11.2019 - Update : 05.11.2019
5 satwa punah ini ditemukan kembali di Singapura Ilustrasi: Keanekaragaman hayati. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Beberapa waktu lalu ular buta yang dinyatakan punah selama 172 muncul kembali di Singapura.

Dosen senior National University of Singapore, Dr John van Wyhe, menemukan tubuh ular-ular buta itu berjejer dengan kondisi tewas di jalur sepeda Cagar Alam Bukit Timah, Singapura.

Penemuan ular dengan nama ilmiah Ramphotyphlops lineatus yang terakhir kali tampak pada 1847 itu mengubah status keberadaan yang sebelumnya “tidak jelas” atau membutuhkan verifikasi menjadi “masih ada”.

Selain Ramphotyphlops lineatus, ada lima satwa lainnya di Singapura yang dinyatakan punah namun kemudian muncul kembali, berdasarkan catatan Strait Times.

Pertama ialah ular two-tone blackwater mud.

Two-tone blackwater mud adalah ular hitam dengan perut bawah berwarna kuning kecoklatan yang tinggal di hutan dan lahan basah Indonesia, Singapura, serta Semenanjung Malaysia.

Staf Dewan Taman Nasional Singapura menemukan reptil sepanjang 40 cm itu pada September 2014 lalu di Hutan Rawa Nee Soon.

Serikat Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mencantumkan ular ini ke dalam daftar merah spesies terancam punah.

Kedua adalah ular smooth slug yang tampak di Kebun Binatang Mandai terakhir kali pada 1978, namun bangkainya ditemukan di Old Upper Thomson Road, Singapura, beberapa waktu lalu.

Ini merupakan ular siput yang menjadi spesias paling tak terperhatikan dalam daftar merah IUCN.

Ular ini ditemukan di rawa gambut dan kubangan di Asia Tenggara.

Ketiga adalah Neptunus Cup Sponge, organisme laut yang diperkirakan punah secara global namun ditemukan kembali pada 2011 di Singapura.

Saat itu, peneliti hanya dapat memindahkan satu dari dua spons yang ditemukan, karena visibilitas rendah di perairan sedimen Singapura.

Meski begitu, pada 2016 empat penyelam Dewan Pertamanan Nasional Singapura menemukan spons lainnya di Pulau St John.

Keempat adalah Milesia vespoides, spesies yang mirip lebah namun tidak menyengat.

Spesies ini terakhir kali tampak di Singapura 200 tahun lalu namun muncul kembali di Pulau Ubin pada 2019.

Kelima adalah bunga terbang, lalat berukuran mini, lebih kecil ketimbang kuku manusia.

Naturalis Inggris Alfred Russel Wallace menemukannya pada 1850an, dan ditemukan kembali pada 2017 oleh peneliti di Cagar Alam Bukit Timah.

Satwa ini juga memiliki habitat di hutan Malaysia dan Kalimantan, Indonesia.

Wallace membawa spesimen satwa ini ke Inggris dan kini berada di Museum Sejarah Alam di London.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın