Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
06.11.2017

Pengunjung melintas di instalasi media campuran dengan batu gamping milik I Made Djirna yang berjudul Unsung Heroes pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Pengunjung melintas di instalasi seni milik Hanafi yang berjudul Perkenalan Pertama dengan Bahasa pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Pengunjung memperhatikan dokumen pemberitaan tentang Marsinah pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Pengunjung memotret seni performans milik Jason Lim yang berjudul Under the Shadow of the Banyan Tree pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Pengunjung melintas di karya seniman Bali milik Ni Tanjung yang berjudul Dunia Leluhur pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Seniman asal Swiss, Ali Al-Fatlawi dan Wathiq Al-Ameri tampil membawakan seni peran berjudul Vanishing Borders or Let’s Talk about the Situation in Iraq pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Pengunjung berfoto di depan instalasi foto lightbox milik Robert Zhao Renhui yang berjudul The World Will Surely Colapse, Trying to Remember a Tree (III) pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza

Pengunjung melintas di depan lukisan karya seniman asal Republik Ceko Alexey Klyuykov, Vasil Artamonov dan Dominik Forman pada program Jakarta Biennale 2017 di Gudang Sarinah Ekosistem, 4 November 2017.

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza Asmail

Pengunjung memperhatikan karya seniman Thailand milik Imhathai Suwatthanasilp pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

Cetusan 'JIWA' di Jakarta Biennale 2017
Fotoğraf: Megiza Asmail

Pengunjung melintas di depan karya seniman Yogyakarta milik Dwi Putro Mulyono berjudul Another Soul pada program Jakarta Biennale di Gudang Sarinah Ekosistem, Sabtu 4 Oktober 2017. Agenda seni dua tahunan ini memamerkan puluhan seniman dari Indonesia, Irlandia Utara, Swiss, Thailand, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Ceko, Argentina, Australia, Belgia, Filipina dan Belanda. Jakarta Biennale 2017 mengangkat tema ‘Jiwa’ dengan kurator Annissa Gultom, Hendro Wiyanto, Philippe Pirotte dan Vit Havranek. (Megiza Asmail-Anadolu Agency)

instagram_banner

Ikuti kami di Instagram untuk beragam gambar-gambar menakjubkan dari pusat-pusat kehidupan di seluruh Dunia.

Baru