Türkİye, Dunia, Operasi Mata Air Perdamaian

Pakar perkirakan pertemuan Erdogan-Putin beri hasil positif

KTT Rusia-Turki tentang zona aman diperkirakan akan memberikan hasil positif, kata mantan pejabat Gedung Putih

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 22.10.2019 - Update : 23.10.2019
Pakar perkirakan pertemuan Erdogan-Putin beri hasil positif Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (File Foto - Anadolu Agency)

Ankara

Vakkas Dogantekin

ANKARA

Mantan pakar keamanan Gedung Putih mengatakan pertemuan tingkat tinggi antara presiden Turki dan Rusia mengenai zona aman Suriah pada Selasa diperkirakan akan memberikan hasil positif.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi hari ini untuk membahas perkembangan terakhir dan masa depan Suriah utara.

Matthew Bryza, anggota senior Dewan Atlantik dan mantan direktur staf Dewan Keamanan Nasional masa pemerintahan George W. Bush, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Rusia tidak akan menghentikan operasi militer Turki melawan kelompok teroris YPG/PKK.

Turki meluncurkan Operasi Mata Air Perdamaian pada 9 Oktober untuk mengamankan perbatasannya dengan menghilangkan unsur-unsur teroris guna memastikan kembalinya pengungsi Suriah dengan aman dan integritas wilayah Suriah.

"Apa yang saya harapkan adalah ini akan menjadi hasil yang positif, bahwa Presiden Putin akan memindahkan operasi YPG keluar dari zona aman. Karena jika dia tidak lakukan itu, saya pikir itu akan terlihat seperti pelemahan diplomatik Rusia, yang merupakan kebalikan dari apa yang diinginkan Putin dan jika hal-hal menjadi tidak terkendali antara Turki dan YPG, tidak baik untuk Rusia atau untuk kami juga," ujar Bryza.

"Tapi, saya pikir Presiden Putin akan mencoba menggunakan bantuannya di zona aman untuk meningkatkan lebih banyak bantuan Turki di Idlib terhadap milisi yang tidak disukai Rusia. Tetapi, saya pikir pada waktunya Rusia mungkin mengizinkan beberapa pejuang YPG untuk kembali, menjaga keadaan tetap tegang seperti yang mereka lakukan di Kaukasus Selatan," tambah dia.

Pada 17 Oktober, Turki setuju untuk menghentikan Operasi Mata Air Perdamaian selama 120 jam untuk memungkinkan penarikan pasukan teroris YPG/PKK dari zona aman di Suriah utara.


- Agenda anti-Turki dimulai pada 2003

Bryza mengatakan bahwa Turki mulai kehilangan dukungan dari Kongres AS, lembaga think-tank dan media pada 1 Maret 2003 ketika Majelis Nasional Agung Turki tidak mengizinkan AS menggunakan tanah Turki sebagai salah satu barisan terdepan untuk menyerang Irak setelah serangan teroris 9/11.

"Ketika saya bekerja di Gedung Putih pada saat itu, saya adalah manajer proyek untuk membuat Turki dan Majelis Agung Nasional mengatakan ya atas permintaan kami untuk menginvasi Irak. Dan kegagalan untuk menyetujui hal itu menjadi kejutan bagi seluruh petinggi pemerintahan Bush saat itu," ungkap dia.

"Dan dimulailah proses Komando Pusat AS (CENTCOM), membenci Turki dan berpikir bahwaTurki tidak berperilaku seperti sekutu NATO yang nyata. Dengan kata lain, ada harapan bahwa jika AS mengatakan 'lakukan' maka sekutu NATO yang baik seharusnya hanya melakukannya terlepas dari kebiasaan dan kepentingan nasionalnya sendiri," tambah Bryza.

Pakar keamanan yang telah tinggal di Turki selama tujuh tahun itu mengatakan sikap negatif CENTCOM terhadap Turki terus tumbuh dan tumbuh.

"Dan perwira yang masih junior pada 1 Maret 2003, sekarang telah menjadi senior dan menjalankan kegiatan di sana," tutur Bryza.

Dia menambahkan bahwa mereka berbicara banyak dengan wartawan dan dianggap sebagai suara yang paling kredibel di lapangan, memberi semacam aliran berita negatif yang sangat mendalam tentang Turki.

Bryza mengatakan bahwa AS membuat pilihan kebijakan yang konyol dengan bekerja sama dengan kelompok teror YPG pada 2014 dan tentara Amerika bahkan membentuk ikatan emosional yang tidak profesional dengan kelompok teroris yang mereka lawan.

Dia mengungkapkan bahwa hubungan dengan YPG menjadi kebijakan ketika CENTCOM semakin menyukai kelompok teroris itu, bukannya menggunakan aliansi taktis dan transaksional untuk melawan Daesh seperti yang pertama awalnya direncanakan.

Ketika ditanya apakah Turki masih memiliki teman di Pentagon, dia mengatakan sikap anti-Turki sudah lazim di CENTCOM, tetapi Komando Eropa masih penuh dengan para pendukung.

"Jadi, Turki punya banyak teman di Pentagon," tambah Bryza.


- Brett McGurk 'tidak profesional'

Ketika ditanya apakah Brett McGurk, mantan utusan AS untuk koalisi global melawan Daesh yang terlalu mengagungkan hubungannya dengan YPG, Bryza mengatakan bahwa McGurk tumbuh terlalu emosional dan tidak profesional.

"Bukanlah tugas seorang diplomat atau tentara untuk terpikat pada mitra untuk mengejar tujuan bersama. Kecuali, tentu saja, aliansi NATO, itu berbeda. Kami sekutu dengan Turki, Jerman dan Inggris. Dan wajar jika kita harus merasakan keterikatan emosional karena kita memiliki nilai yang sama," tegas dia.

Bryza menekankan bahwa AS tidak berbagi nilai apa pun dengan YPG, cabang kelompok teror PKK di Suriah.

Dalam lebih dari 30 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa - bertanggung jawab atas kematian sekitar 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak dan bayi.

"Mereka adalah kelompok pecahan Marxis-Leninis yang menggunakan terorisme sebagai alat," pungkas dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.