Politik, Nasional

Polisi lakukan investigasi adanya korban peluru tajam

Tiga dari 190 orang korban yang dilayani RS Budi Kemuliaan Jakarta diduga terkena peluru tajam

Nicky Aulia Widadio  | 24.05.2019 - Update : 27.05.2019
Polisi lakukan investigasi adanya korban peluru tajam Ilustrasi. Polisi menembakkan gas air mata saat terlibat bentrok dengan massa di Petamburan, Jakarta, Indonesia pada 22 Mei 2019. Ini merupakan hari kedua demonstrasi menolak hasil penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memenangkan pasangan petahana Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai presiden terpilih 2019-2024 pada rabu kemarin. (Anton Raharjo - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Nicky Aulia Widadio

JAKARTA

Sebanyak tiga orang korban akibat aksi unjuk rasa pada 21-22 Mei lalu diduga terluka akibat peluru tajam.

Dua orang di antaranya sempat dirawat, sedangkan satu orang lainnya meninggal di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Jakarta.

Rumah sakit ini telah menerima 190 orang korban dari aksi unjuk rasa karena berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian.

Corporate Secretary Rumah Sakit Budi Kemuliaan Jakarta Afrisya Iriviranty mengatakan korban yang meninggal telah dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk diautopsi.

“Karena meninggalnya dalam kondisi itu, kemungkinan ada kebutuhan untuk forensik ya, jadi kirta kirim ke sana,” ujar Afrisya di Jakarta, Jumat.

Menurut Afrisya, luka akibat peluru tajam pada salah satu itu ada pada bagian dada dan tembus hingga punggung.

“Kita enggak bisa memastikan sebelum ada autopsi, tapi kalau diduga begitu,” lanjut dia.

Menurut data polisi hingga Kamis, ada tujuh orang yang meninggal akibat aksi 21-22 Mei.

Polri masih belum memaparkan secara detail penyebab tewasnya para korban.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan detail tentang korban dan penyebab tewasnya mereka akan diumumkan setelah investigasi selesai.

Polri telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab tewasnya korban, namun belum bisa memastikan kapan proses investigasi itu akan rampung.

Dedi mengatakan proses investigasi akan melibatkan Komnas HAM dan Setara Institute.

“(Penjelasan tentang korban) nunggu hasil investigasi tim yang sudah dibentuk, nanti akan diupdate secara lengkap,” kata Dedi di Jakarta.

Terkait dugaan korban yang meninggal akibat peluru tajam, Dedi menegaskan personel pengamanan Polri yang terlibat dalam pengamanan tidak dibekali oleh peluru tajam.

Peluru tajam, sambung dia, hanya dimiliki oleh peleton anti-anarki namun satuan itu tidak turun tangan dalam dua hari kericuhan berlangsung.

Menurut dia, tim investigasi akan memastikan penyebab para korban meninggal akibat peluru tajam untuk mengetahui siapa pelaku yang bertanggung jawab.

Dia juga menyinggung perihal dugaan adanya kelompok lain yang memiliki senjata api dan berencana menunggangi aksi unjuk rasa 22 Mei.

“Nanti kita pilah-pilah penyebabnya, siapa pelakunya akan kita kejar. Kan sudah kita deteksi dari awal,” kata dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.