Nasional

Indonesia krisis oksigen tangani ledakan pasien Covid-19

Rumah sakit tidak bisa menerima pasien dengan keluhan sesak napas karena terbatasnya stok oksigen

Nicky Aulia Widadio  | 05.07.2021 - Update : 06.07.2021
Indonesia krisis oksigen tangani ledakan pasien Covid-19 Ilustrasi (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Fasilitas kesehatan di Pulau Jawa tengah mengalami krisis hingga kekurangan stok oksigen akibat lonjakan kasus Covid-19 terburuk yang tengah dialami Indonesia.

Rumah Sakit Al Islam, salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Bandung, Jawa Barat menyatakan tidak bisa menerima pasien dengan keluhan sesak napas sejak Minggu hingga Rabu karena terbatasnya stok oksigen.

Direktur Utama RS Al Islam, Muhammad Iqbal mengatakan keputusan ini terpaksa mereka ambil karena distribusi oksigen sempat terhambat.

“Kami memutuskan untuk menghentikan dulu pelayanan bagi pasien baru dengan keluhan sesak untuk mempertahankan ketersediaan oksigen yang masih ada untuk pasien yang masih ada di rumah sakit,” kata Iqbal kepada Anadolu Agency, Senin.

Pada akhir pekan lalu, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta juga sempat kehabisan stok oksigen.

Sebanyak 33 pasien meninggal selama oksigen sentral di rumah sakit tersebut habis.

Juru bicara RS Sardjito Banu Hermawan mengatakan 33 pasien tersebut sebenarnya tetap mendapatkan suplai oksigen menggunakan tabung, namun akhirnya meninggal karena kondisi mereka sudah berat dan kritis.

Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) menyatakan kebutuhan oksigen di rumah sakit meningkat secara mendadak seiring melonjaknya jumlah pasien Covid-19 sebulan terakhir.

Menurut Sekretaris Jenderal Persi Lia Partakusuma, stok oksigen medis sebenarnya memadai namun distribusinya belum berjalan lancar karena frekuensi kebutuhan seluruh rumah sakit yang juga meningkat.

“Biasanya rumah sakit hanya mengisi ulang dua kali dalam satu minggu, saat ini ketika pagi sudah diisi kemudian sore harinya sudah habis,” kata Lia.

Dia menuturkan frekuensi pengiriman oksigen medis ke rumah sakit akan terus ditambah, namun keputusan rumah sakit untuk menutup sementara layanan bagi pasien Covid-19 juga sulit dihindari dalam situasi krisis ini.

“Mereka (rumah sakit) khawatir apabila ada pasien yang membutuhkan oksigen namun stoknya tidak ada akan dituntut masyarakat karena tidak melayani dengan baik,” ujar dia.

Pemerintah merespons situasi ini dengan mengalihkan 90 persen kapasitas produksi oksigen dalam negeri dari kebutuhan industri menjadi untuk keperluan medis.

“Kami sudah mendapatkan komitmen agar konversi oksigen industri ke medis diberikan sampai 90 persen,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja dengan DPR RI pada Senin.

Indonesia juga berencana mengimpor tabung oksigen untuk memenuhi kebutuhan di ruang perawatan darurat yang terus ditambah akibat lonjakan pasien Covid-19.


Fasilitas kesehatan di ambang kolaps, pasien meninggal di luar rumah sakit

Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 tertinggi selama pandemi melanda.

Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien Covid-19 yang dirawat meningkat hingga 3,5 kali lipat dari 23 ribu pasien menjadi 81 ribu dalam lima minggu terakhir.

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, kenaikan kasus tersebut dipicu oleh mobilitas masyarakat yang tinggi saat libur Idulfitri pertengahan Mei lalu, serta diperburuk oleh munculnya kasus Covid-19 dengan varian Delta.

Pemerintah terus menambah kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU dengan mendirikan rumah sakit darurat, mengubah Instalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi ruang isolasi pasien, serta mendirikan tenda-tenda darurat.

Namun, Sekretaris Jenderal Persi Lia Partakusuma mengatakan upaya tersebut belum cukup membendung beban yang dihadapi rumah sakit saat ini.

Lia mengatakan kondisi rumah sakit di Pulau Jawa hampir penuh pada Senin.

Sejumlah rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur dan Bandung, Jawa Barat terpaksa menutup layanan IGD karena kapasitasnya telah terisi lebih dari 100 persen.

“Ini sudah tidak bisa kami bendung lagi ketika mereka (rumah sakit) mengatakan tidak sanggup melakukan kegiatan,” ujar Lia.

Situasi ini juga membuat tenaga kesehatan menjadi kelelahan dan stres menghadapi tuntutan pada masa darurat ini.

Menurut Lia, banyak tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 meski telah divaksin dua kali.

“Bahkan ada tenaga kesehatan yang positif terinfeksi, tapi belum sampai dua minggu beristirahat sudah diminta masuk kembali karena tenaga yang ada tidak cukup,” ujar dia.

Selain itu, pelayanan rumah sakit terhadap pasien Covid-19 tidak lagi maksimal dan berdampak pada meningkatnya tren kematian.

Indonesia melaporkan 555 kasus kematian akibat Covid-19 pada Minggu, yang merupakan rekor tertinggi selama pandemi.

Sebuah koalisi masyarakat sipil bernama LaporCovid-19 juga mencatat telah terjadi 265 kasus kematian pasien Covid-19 di luar rumah sakit sepanjang Juni hingga 2 Juli 2021.

Penggagas LaporCovid-19 Irma Hidayana mengatakan para pasien meninggal saat menjalani isolasi mandiri, saat berupaya mencari fasilitas kesehatan, ketika menunggu antrean di IGD rumah sakit, serta tidak mendapatkan oksigen.

Dia juga meyakini bahwa jumlah tersebut belum mewakili kondisi yang sesungguhnya terjadi.

“Tidak semua orang melaporkannya ke LaporCovid-19, media sosial, atau diberitakan media massa. Kami mengkhawatirkan, hal ini merupakan fenomena puncak gunung es,” kata Irma kepada Anadolu Agency.

Menurut Irma, situasi ini menggambarkan bahwa fasilitas kesehatan telah berada pada situasi krisis bahkan dapat dikatakan sudah kolaps karena tidak lagi mampu menampung pasien.

“Situasinya sudah sangat buruk dan darurat, pemerintah harus minta maaf dan mengakui situasinya sudah sedarurat ini agar masyarakat menjadi waspada,” ujar dia.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.