Nasional

Cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia belum merata

Cakupan vaksinasi dosis pertama di tujuh provinsi di Indonesia masih kurang dari 20 persen

Nicky Aulia Widadio  | 20.09.2021 - Update : 20.09.2021
Cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia belum merata ILUSTRASI: Vaksinasi Covid-19 di Indonesia. (Anton Raharjo - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Cakupan vaksinasi Covid-19 antar-provinsi di Indonesia belum merata setelah program vaksinasi berjalan selama hampir 10 bulan.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa Indonesia telah menyuntikkan 124,87 juta dosis vaksin hingga Senin siang, yang terdiri dari 79,65 juta dosis pertama dan 45,22 juta dosis kedua.

Jakarta, Bali, dan Kepulauan Riau menjadi tiga provinsi dengan cakupan vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua tertinggi. Sementara itu, cakupan vaksinasi dosis pertama di tujuh provinsi di Indonesia masih kurang dari 20 persen.

Ibu kota Jakarta misalnya, telah menyuntikkan vaksinasi dosis pertama hingga 121,67 persen dari total target dan 80,59 persen telah menerima dosis kedua.

Angka vaksinasi di Bali, sebagai destinasi wisata prioritas di Indonesia, telah mencapai 94,8 persen dari target untuk dosis pertama dan 61,34 persen dosis kedua.

Situasi sebaliknya terjadi di Sumatra Barat, di mana baru 17,9 persen penduduknya yang telah disuntik dosis pertama dan 9,93 persen mendapatkan dosis kedua.

Sementara itu, baru 14,54 persen target vaksinasi di Lampung telah mendapatkan dosis pertama dan 8,44 persen menerima dosis kedua.

Juru bicara vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan salah satu penyebab timpangnya cakupan vaksinasi antar-provinsi adalah masih banyak masyarakat yang belum mau divaksin.

“Cakupannya rendah karena memang masih ada masyarakat yang belum mau divaksin karena takut dengan efek samping, termakan hoaks, dan masih ragu atas kehalalannya,” kata Nadia kepada Anadolu Agency, Senin.

Selain itu, cakupan vaksinasi pada kelompok prioritas seperti lanjut usia (lansia) juga masih rendah. Kementerian Kesehatan mencatat baru 19,25 persen atau 4,1 juta lansia yang telah mendapat dosis lengkap vaksin sejauh ini dari target sebanyak 21,5 juta orang.

Penumpukan vaksin

Kementerian Kesehatan mendorong agar pemerintah daerah dapat merealokasi stok vaksin yang belum terpakai di suatu wilayah ke kabupaten atau kota lainnya yang lebih membutuhkan. Nadia mengatakan hal ini bertujuan untuk meminimalkan stok vaksin yang tidak terpakai.

Sebelumnya, sebanyak 300 ribu dosis vaksin juga dilaporkan menumpuk di beberapa kabupaten dan kota di Sumatra Barat sehingga menyebabkan ada vaksin yang kadaluarsa dan tidak dapat digunakan.

Data Kementerian Kesehatan juga menunjukkan beberapa daerah memiliki stok vaksin yang diperkirakan baru akan habis dalam kurun lebih dari 100 hari ke depan seperti Kabupaten Aceh Jaya, Kota Sabang, Kota Sawahlunto, dan Kota Padangpanjang.

“Ini menjadi bahan evaluasi kami,” kata Nadia.

Selain itu, pemerintah pusat juga tidak akan mendistribusikan vaksin ke daerah yang masih memiliki stok vaksin untuk 30 hari ke depan atau lebih demi menghindari penumpukan.

Indonesia sejauh ini telah menerima 262 juta dosis vaksin Covid-19 dalam bentuk jadi maupun bahan baku hingga Senin.

PT Bio Farma telah mendistribusikan sebanyak 169,1 juta dosis vaksin ke berbagai daerah hingga September ini, yang berarti terdapat sekitar 44 juta dosis vaksin yang telah didistribusikan namun belum disuntikkan kepada masyarakat.

Indonesia juga masih akan menerima lebih banyak dosis vaksin dalam beberapa waktu ke depan, sehingga penting untuk mengimbangi stok yang tiba dengan laju vaksinasi di dalam negeri.

Pemerintah menargetkan untuk menyuntikkan 2 juta dosis vaksin per hari pada September, namun sejauh ini capaian penyuntikan tertinggi baru mencapai 1,8 juta dosis per hari.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.