Pembelian saham Freeport tak libatkan bank lokal
Inalum tidak mau bank lokal terpengaruh fluktuasi rupiah karena transaksi dilakukan di luar negeri dalam bentuk dolar
Jakarta Raya
Iqbal Musyaffa
JAKARTA
Pembelian saham PT Freeport Indonesia (FI) oleh Inalum tidak menyertakan perbankan lokal sama sekali.
Kepala Komunikasi Korporasi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Rendi Achmad Witular dalam diskusi di Jakarta, Senin, mengatakan pembiayaan pembelian 51 persen saham Freeport dan hak partisipasi (participating interest) Rio Tinto akan dipenuhi seluruhnya oleh perbankan asing.
“Pembiayaan seluruhnya oleh bank asing karena kita tidak mau bank lokal terpengaruh fluktuasi rupiah karena transaksi dilakukan di luar negeri dalam bentuk dolar. Pendapatan Inalum juga dalam bentuk dolar begitupun PT FI sehingga tidak akan terganggu nilai tukar rupiah,” ungkap Rendi.
Rendi juga mengatakan tidak dilibatkannya perbankan lokal untuk pembiayaan pembelian Freeport karena berdasarkan informasi dari regulator (pemerintah).
Akan tetapi, Rendi belum mau mengungkapkan perbankan mana saja yang akan memberikan pinjaman kepada Inalum serta jumlah pembiayaan yang akan diterima untuk membeli saham Freeport.
Jumlah potensi pinjaman yang akan diterima Inalum menurut dia melebihi harga pembelian Freeport yang disepakati sebesar USD3,85 miliar atau sekitar Rp54 triliun.
“Keterlibatan bank asing dalam pembiayaan memberikan optimisme bahwa bisnis di tambang Grasberg ini sangat besar. Kalau potensi bisnis jelek, mustahil bank asing mau masuk,” tegas dia.
Rendi menambahkan Inalum juga memiliki kemampuan finansial yang sangat baik untuk melakukan proses pembelian saham Freeport.
“Kita ada kemampuan secara cashflow untuk melunasi utang untuk pembelian saham ini,” imbuh Rendi.
Pada tahun 2017, Rendi mengungkap Inalum memiliki dana tunai sebesar Rp16,14 triliun, net income Rp6,8 triliun, Ebitda Rp12,3 triliun, dan total aset Rp93,2 triliun.
Pengamat ekonomi Fahmi Radhi mengatakan jaminan Inalum berupa nilai aset dan potensi bisnis di tambang Grasberg Freeport Indonesia sangat potensial untuk mendapatkan pinjaman perbankan.
Menurut dia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pelibatan perbankan asing dalam pembelian Freeport karena perbankan hanya sebagai pemberi pinjaman saja tanpa mengurangi hak-hak kepemilikan saham Inalum di Freeport.
“Tidak perlu ada kekhawatiran itu,” ungkap dia.
Fahmi juga mengatakan, Inalum memiliki kemampuan untuk dapat melunasi pinjaman pembelian Freeport dalam jangka waktu 3 tahun setelah proses pembelian terlaksana.