Ekonomi

Kewajiban investasi internasional Indonesia meningkat

Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2018 masih tetap sehat

İqbal Musyaffa  | 22.03.2019 - Update : 25.03.2019
Kewajiban investasi internasional Indonesia meningkat Ilustrasi: aktivitas perekonomian di Indonesia. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA 

Bank Indonesia (BI) menyebutkan posisi investasi internasional (PII) Indonesia pada akhir 2018 mencatatkan peningkatan net kewajiban akibat dari naiknya posisi kewajiban finansial luar negeri (KFLN).

Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan pada akhir triwulan IV 2018, PII Indonesia mencatat net kewajiban USD317,8 miliar atau 30,5 persen dari PDB.

Posisi ini meningkat dari posisi net kewajiban pada akhir triwulan III 2018 yang tercatat sebesar USD292,5 miliar atau 28 persen dari PDB.

“Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut disebabkan oleh peningkatan posisi KFLN yang lebih besar dari peningkatan posisi aset finansial luar negeri (AFLN),” lanjut dia dalam keterangan resmi, Jumat.

Onny menguraikan peningkatan posisi KFLN Indonesia didorong oleh besarnya aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio.

Hal ini merupakan cerminan kepercayaan investor yang tinggi terhadap prospek perekonomian domestik.

Dia mengatakan pada akhir triwulan IV 2018, posisi KFLN naik 5 persen (quarter to quarter) atau sebesar USD31,9 miliar menjadi USD664,8 miliar.

Peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh faktor perubahan lainnya seperti revaluasi positif atas nilai aset finansial domestik sejalan dengan peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan faktor pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang berdampak pada peningkatan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah.

“Sementara itu, posisi AFLN Indonesia juga meningkat terutama didorong oleh transaksi perolehan AFLN dalam bentuk cadangan devisa,” imbuh Onny.

Posisi AFLN pada akhir triwulan IV 2018 tercatat naik 1,9 persen (qtq) atau sebesar USD6,5 miliar menjadi USD347 miliar.

Peningkatan posisi AFLN masih tertahan oleh faktor perubahan lainnya seperti revaluasi negatif atas AFLN, sejalan dengan penurunan rata-rata indeks saham negara-negara penempatan AFLN dan faktor penguatan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia.

“Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2018 masih tetap sehat,” tegas Onny.

Menurut dia, pandangan ini tercermin dari rasio neto kewajiban PII Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang relatif stabil di kisaran rerata negara peers sebesar 30,5 persen.

Di samping itu, struktur neto kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang.

“Meski demikian, Bank Indonesia akan tetap mewaspadai risiko neto kewajiban PII terhadap perekonomian,” imbuh Onny.

Dia menambahkan Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia.

“Pemulihan ekonomi Indonesia didukung oleh konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan pendalaman pasar keuangan, kebijakan fiskal, dan reformasi

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.