Ekonomi

Kenaikan harga BBM dan gempa Palu penyebab inflasi Oktober

Kenaikan harga BBM nonsubsidi untuk jenis Pertamax series pada 10 Oktober lalu memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen.

İqbal Musyaffa  | 01.11.2018 - Update : 01.11.2018
Kenaikan harga BBM dan gempa Palu penyebab inflasi Oktober Ilustrasi: Kilang minyak. (Fatemeh Bahrami - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA 

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data inflasi Oktober sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 134,20. Inflasi pada bulan ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi.

Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, menyebutkan kenaikan harga BBM nonsubsidi untuk jenis Pertamax series pada 10 Oktober lalu memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen.

“Kita tahu bahwa 10 Oktober lalu ada kenaikan jenis Pertamax bervariasi Rp 700-900 dan ada kenaikan jenis bensin Pertamax turbo Rp 1350-1500,” ungkap Suhariyanto.

Selain karena kenaikan harga BBM nonsubsidi, gempa Palu juga menjadi salah satu penyebab inflasi pada Oktober.

“Di Palu terjadi kenaikan harga untuk harga makanan jadi nasi dengan lauk pauk sumbangannya terhadap inflasi 0,49 persen,” ujar dia.

Suhariyanto mengungkapkan harga tiket angkutan udara ke Palu dan harga ikan serta semen juga mengalami inflasi. Pada Oktober, inflasi di Palu merupakan yang tertinggi secara nasional dengan tingkat inflasi 2,27 persen dan Indeks Harga Konsumen 138,46.

“Bulan depan diharapkan inflasi di Palu bisa kembali normal. Inflasi Palu lebih disebabkan karena musibah dan bencana alam,” jelas Suhariyanto

Sementara itu, penyebab utama inflasi pada umumnya selain kenaikan harga BBM ujar dia, adalah kenaikan harga cabai merah, dan tarif sewa rumah. Sementara penghambat inflasi adalah harga telur ayam dan bawang merah.

Tingkat inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2018 ujar Suhariyanto, sebesar 2,22 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun pada Oktober sebesar 3,16 persen.

“Komponen inti pada Oktober mengalami inflasi sebesar 0,29 persen,” jelas Suhariyanto.

Kemudian, tingkat inflasi komponen inti tahun kalender 2018 (Januari-Oktober) sebesar 2,67 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun sebesar 2,94 persen.

Inflasi menurut dia, terjadi karena adanya kenaikan harga pada seluruh indeks kelompok pengeluaran. Kelompok sandang menyumbang inflasi terbesar yakni 0,54 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesae 0,42 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi 0,27 persen. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,26 persen.

“Inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,15 persen, pada kelompok rekreasi dan olahraga sebesar 0,09 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen,” urai Suhariyanto.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.