Indonesia perlu cermati penurunan impor bahan baku dan barang modal

JAKARTA 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Indonesia harus mewaspadai anjloknya impor bahan baku/penolong dan barang modal pada kinerja perdagangan Januari 2020.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan berdasarkan data total impor Januari 2020 yang berjumlah USD14,28 miliar, hanya impor barang konsumsi yang mengalami peningkatan secara tahunan (year on year) sebesar 20,26 persen menjadi USD1,47 miliar, sementara impor bahan baku dan barang modal justru merosot.

Impor bahan baku pada Januari yang sebesar USD10,58 miliar, merosot 7,35 persen dari Januari 2019.

Meskipun anjlok, namun sektor ini masih menjadi penyumbang impor utama dengan porsi 74,09 persen dari total impor USD14,28 miliar.

Sementara itu, impor barang modal yang sebesar USD2,23 miliar juga turun 5,26 persen dari Januari 2019.

“Kita harus lebih waspada karena penurunan impor bahan baku akan berpengaruh terhadap industri pengolahan atau manufaktur yang melambat,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Suhariyanto mengatakan pada 2019 kinerja industri manufaktur telah mengalami perlambatan pertumbuhan dari 4,27 persen menjadi 3,8 persen karena perlambatan impor.

“Kita perlu waspadai agar penurunan impor ini tidak memengaruhi industri pengolahan,” ujar dia.

Sementara itu, Suhariyanto menambahkan lesunya impor barang modal yang biasanya berupa mesin-mesin industri mencerminkan adanya perlambatan investasi dari berbagai sektor industri.

Menurut dia, penurunan impor barang modal juga harus diwaspadai karena akan memengaruhi pertumbuhan nilai pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang merupakan salah satu faktor penopang pertumbuhan ekonomi.