
Jakarta Raya
Iqbal Musyaffa
JAKARTA
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor Indonesia pada bulan Februari masih lesu dengan nilai USD12,53 miliar atau turun 10,03 persen dari bulan Januari yang senilai USD13,93 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan ekspor pada Januari memang sesuai dengan pola musimannya, akibat dari jumlah hari pada Februari lebih sedikit dari Januari.
Dia membandingkan dengan nilai ekspor pada Februari tahun 2018 yang senilai USD14,13 miliar sementara ekspor pada Januari 2018 senilai USD13,93 miliar.
“Ekspor Indonesia berdasarkan lima sektor utama seluruhnya mengalami penurunan,” ungkap Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan ekspor migas Indonesia pada Februari senilai USD1,09 miliar atau turun 11,85 persen dari Januari dan juga turun 21,75 persen dari Februari 2018.
Begitu pun dengan ekspor produk pertanian yang senilai USD0,23 miliar juga turun 17,4 persen dari Januari dan turun 0,76 persen dari Februari tahun lalu.
Kemudian ekspor pada industri pengolahan juga masih lesu dengan nilai USD9,41 miliar.
Jumlah ekspor ini turun 7,71 persen dari Januari lalu dan juga turun 8,06 persen dari Februari tahun lalu.
“Ekspor industri pengolahan turun karena ada penurunan pada minyak kelapa sawit, kimia dasar, tekstil, dan sepatu olahraga,” jelas Suhariyanto.
Menurut Suhariyanto, kinerja ekspor pada sektor pertambangan dan lainnya dengan nilai USD1,8 miliar juga melemah 18,76 persen dari nilai ekspor sektor ini pada Januari dan juga turun 20,8 persen dari Februari tahun lalu.
“Penurunan terjadi pada batubara, bijih tembaga, dan bijih besi,” tambah dia.
Suhariyanto menjelaskan bahwa ekspor nonmigas menyumbang 91,31 persen dari total ekspor pada Februari 2019.
Dia menguraikan bila dirinci berdasarkan golongan barang sektor nonmigas, peningkatan ekspor terjadi pada barang perhiasan dan permata sebesar USD227,5 juta, tembaga senilai USD62,9 juta, bubur kayu/pulp senilai USD38,7 juta, timah dengan peningkatan sebesar USD33,1 juta, dan bahan kimia anorganik sebesar USD21,1 juta.
Kemudian penurunan ekspor terdalam terjadi pada bahan bakar mineral senilai USD282,1 juta, lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD208,9 juta, bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD149,5 juta, alas kaki senilai USD138,7 juta, dan bahan kimia organik sebesar USD98,4 juta.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.