Politik, Dunia

Tujuh kandidat perebutkan kursi presiden Irak

Ketujuh kandidat itu adalah Sardar Abdullah, Sarwa Abdul-Wahed, Abdullatif Rashid, Omar Barzanji, Barham Saleh, Fuad Hussein, Abdulkarem Abtan al-Joubori

Maria Elisa Hospita  | 28.09.2018 - Update : 28.09.2018
Tujuh kandidat perebutkan kursi presiden Irak Ilustrasi. (Foto File - Anadolu Agency)

Ankara

Mehmet Nuri Ucar

BAGHDAD

Pada 2 Oktober, parlemen Irak akan memilih presiden baru untuk ketiga kalinya sejak jatuhnya rezim Saddam Hussein pada 2003.

Tujuh kandidat, termasuk seorang perempuan, bersaing untuk posisi tersebut.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh parlemen, ketujuh kandidat itu adalah Sardar Abdullah, Sarwa Abdul-Wahed, Abdullatif Rashid, Omar Barzanji, Barham Saleh, Fuad Hussein, Abdulkarem Abtan al-Joubori.

Sebanyak 31 orang mendaftarkan pencalonan mereka, namun setelah melalui penilaian pihak berwenang, hanya tujuh pendaftar yang dinyatakan memenuhi kualifikasi.

Barham Saleh, mantan perdana menteri Pemerintah Regional Kurdi (KRG) dari Persatuan Patriotik Kurdistan (PUK) dan Fuad Hussein dari Partai Demokrat Kurdistan (PPK) dipandang sebagai kandidat terkuat.

Terlepas dari kenyataan bahwa PUK memiliki peluang terbesar untuk menunjuk presiden sejak tahun 2005, namun partai-partai Kurdi tak kunjung menyepakati nama kandidat.

Sementara itu, PPK, ingin diikutsertakan dalam negosiasi untuk mengakhiri dominasi PUK dalam hal ini.

Presiden Jalal Talabani yang telah menjabat selama dua masa kepemimpinan dan Fuad Masum - keduanya berasal dari PUK - menduduki kursi kepresidenan setelah dipilih oleh parlemen.

"Saya menyatakan pencalonan saya untuk kepresidenan sebagai seorang politikus perempuan independen yang akan mewakili seluruh warga Irak," kata Sarwa Abdul-Wahed, satu-satunya kandidat perempuan, saat konferensi pers di Baghdad.

Dalam pemilihan presiden putaran pertama, kandidat yang memperoleh dua pertiga suara dari 329 kursi parlemen akan dipilih sebagai presiden.

Jika tak ada yang berhasil unggul di putaran pertama, dua kandidat yang memperoleh suara terbanyak akan bersaing kembali di putaran kedua.

Di bawah perjanjian tidak tertulis antara kelompok-kelompok politik Irak, jabatan presiden akan diberikan ke seorang Kurdi, perdana menteri untuk seorang Muslim Syiah, dan ketua parlemen untuk seorang Muslim Sunni.


*Ali Murat Alhas turut melaporkan dari Ankara

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın