Sudah 4 tahun, AS belum serius untuk ekstradisi Gulen
AS belum mengambil langkah lebih lanjut terkait ekstradisi Gulen dan petinggi FETO lainnya, meski otoritas Turki berulang kali melakukan pertemuan guna membahas masalah itu
Washington
Dildar Baykan
WASHINGTON
Sudah empat tahun sejak kudeta gagal 15 Juli 2016 di Turki, Amerika Serikat (AS) belum menanggapi permintaan ekstradisi oleh otoritas Turki, terkait pemimpin Organisasi Teroris Fethullah (FETO) serta para senior organisasi itu.
Sikap AS yang tidak menaruh perhatian terhadap permintaan Turki soal pemulangan Fetullah Gulen ke Turki kini menjadi agenda dalam pembahasan hubungan kedua negara.
AS nampak belum mengambil langkah lebih lanjut terkait ekstradisi Gulen dan petinggi FETO lainnya meski otoritas Turki berulang kali melakukan pertemuan guna membahas masalah tersebut.
Sikap apa yang diambil AS?
Di sisi lain, meski Turki telah melakukan semua upaya untuk mendapatkan permintaanya itu, namun otoritas AS pada periode Presiden Barack Obama dan Donald Trump hingga kini belum mengambil langkah langkah serius untuk mengembalikan Gulen ke Turki.
Pada malam 15 Juli saat kudeta sedang berlangsung, Amerika dinilai telat mengumumkan dukungannya sekitar 3 jam kepada pemerintah terpilih secara demokratis di Turki, meski para pejabat secara terang-terangan mengatakan itu adalah upaya kudeta.
Pernyataan pertama dari pihak AS datang setelah pengumuman yang mengatakan Presiden Erdogan masih hidup dan tidak ditawan oleh pasukan kudeta, oleh karena itu upaya kudeta tersebut mulai nampak kegagalannya.
Era Trump
Selama era Trump, masalah FETO masih jadi bayang-bayangan politik dalam negeri AS.
Beberapa bulan setelah insiden kudeta tersebut, Donald Trump terpilih sebagai presiden dan dilantik pada Januari 2017 menggantikan pemerintahan Obama.
Meski Trump berpotensi akan mengambil langkah-langkah positif terkait permintaan Turki ini, namun akibat Investigasi Rusia yang membayangi masa awal jabatannya, dan selanjutnya dia berhadapan dengan dakwaan pemakzulan, hingga kini dia belum mengambil langkah serius soal Gulen.
Belum ada sikap tegas di tingkat Departemen Kehakiman AS dan Gedung Putih, meski Trump berulang kali menyatakan kedekatan secara personal dengan Presiden Erdogan dan otoritas Trump juga mengambil langkah yang mendukukng Turki soal masalah Suriah.
Departemen Kehakiman dan Departemen Luar Negeri AS berdalih bahwa dokumen-dokumen yang dikirim otoritas Turki masih dalam "penyelidikan". Pihak AS hinggai kini dinilai belum menindaklanjuti masalah permohonan Turki itu dan nasib dokumen-dokumen yang diajukan Turki juga tak diketahui.
FETO dan Fetullah Gulen, pemimpinnya yang berbasis di Amerika Serikat, merancang kudeta pada 15 Juli 2016, yang menyebabkan 251 orang tewas dan hampir 2.200 lainnya luka-luka.
Turki menuding FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi institusi-institusi Turki, khususnya militer, polisi, dan kejaksaan.