Dunia

Presiden Turkiye: Seperti Hitler, Netanyahu harus dihentikan oleh aliansi kemanusiaan

Presiden Erdogan mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa Gaza telah menjadi 'kuburan terbesar di dunia' bagi anak-anak dan perempuan

Diyar Guldogan  | 26.09.2024 - Update : 30.09.2024
Presiden Turkiye: Seperti Hitler, Netanyahu harus dihentikan oleh aliansi kemanusiaan

WASHINGTON

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti yang telah dilakukan dunia beberapa generasi sebelumnya terhadap diktator Nazi Adolf Hitler.

"Sikap Israel sekali lagi menunjukkan betapa pentingnya masyarakat internasional untuk mengembangkan mekanisme perlindungan bagi warga sipil Palestina," kata Erdogan dalam pidatonya di rapat Majelis Umum PBB ke-79 di New York.

"Sama seperti Hitler dihentikan oleh aliansi kemanusiaan 70 tahun yang lalu, Netanyahu dan jaringan pembunuhannya harus dihentikan oleh aliansi kemanusiaan," ujar dia.

Sebelum menyampaikan pidatonya, Erdogan menyampaikan kegembiraannya melihat perwakilan Palestina hadir di PBB, di tempat yang "layak baginya di antara negara-negara anggota, setelah perjuangan yang panjang."

"Saya berharap langkah bersejarah ini menjadi tahap terakhir dalam perjalanan menuju keanggotaan Palestina di PBB. Saya juga mengundang negara-negara lain untuk mengakui negara Palestina sesegera mungkin dan mengambil tempat di sisi sejarah yang benar pada masa yang sangat kritis ini," imbuh dia.

Presiden Erdogan menyinggung masalah kredibilitas PBB, yang sedang berusaha mencari cara untuk memenuhi misi pendiriannya dan "secara bertahap berubah menjadi struktur yang tidak berfungsi dan tidak berdaya."

"Kita menyaksikan bahwa perdamaian dan keamanan internasional terlalu penting untuk diserahkan pada kesewenang-wenangan lima negara yang memiliki hak istimewa," tambah dia.

Erdogan telah lama mendorong reformasi PBB, sering menggunakan slogan “Dunia lebih besar dari lima,” merujuk pada keanggotaan Dewan Keamanan yang tidak representatif.

"Contoh paling dramatis dari hal ini adalah pembantaian yang telah terjadi di Gaza selama 353 hari," tegas dia.

'Bukan hanya anak-anak; sistem PBB juga mati di Gaza'

Beralih ke serangan Israel di Jalur Gaza, Erdogan mengatakan lebih dari 41.000 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober tahun lalu, ketika Israel melancarkan serangan gencarnya.

Lebih dari 17.000 anak telah menjadi sasaran peluru dan bom Israel, kata Presiden.

Keberadaan lebih dari 10.000 warga Gaza, yang sebagian besar adalah anak-anak, tidak diketahui, kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa 172 wartawan telah terbunuh saat mencoba melakukan pekerjaan mereka dalam kondisi yang sulit.

Pekerja bantuan kemanusiaan dan lebih dari 210 personel PBB, yang bergegas menyelamatkan rakyat Gaza dan berjuang melawan kelaparan dan kehausan, telah tewas, tambah dia.

"Dengan merobek Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa di mimbar Majelis PBB, mereka tanpa malu-malu menantang seluruh dunia, semua orang yang berhati nurani dari sini, dari mimbar ini," imbuh dia.

"Gambar-gambar yang bocor dari penjara-penjara yang telah diubah Israel menjadi "kamp konsentrasi menunjukkan dengan sangat jelas jenis penganiayaan yang tengah kita hadapi," sebut dia.

"Akibat serangan Israel, Gaza telah menjadi kuburan terbesar di dunia bagi anak-anak dan wanita."

Ratusan anak-anak Gaza telah meninggal sejauh ini karena mereka tidak dapat menemukan sepotong roti kering, seteguk air atau semangkuk sup dan mereka masih sekarat, kata Erdogan.

"Bukan hanya anak-anak yang sekarat di Gaza; tetapi sistem PBB juga sekarat, kebenaran sedang sekarat, nilai-nilai yang diklaim Barat untuk dipertahankan sedang sekarat, harapan umat manusia untuk hidup di dunia yang lebih adil sedang sekarat satu per satu," tegas dia.

"Hentikan kekejaman dan kebiadaban ini"

"Apakah mereka yang di Gaza, mereka yang di Tepi Barat bukan manusia? Apakah anak-anak di Palestina tidak punya hak untuk belajar, tinggal, dan bermain di jalanan?" tanya Erdogan.

Presiden Turkiye mendesak Dewan Keamanan untuk mencegah "genosida" di Gaza dan menghentikan "kekejaman dan kebiadaban ini."

"Apa lagi yang kalian tunggu untuk menghentikan pembantaian yang juga membahayakan nyawa warganya sendiri beserta rakyat Palestina dan menyeret seluruh wilayah ke dalam perang demi prospek politiknya?" imbuh dia.

Erdogan juga mengkritik negara-negara yang mendukung Israel "tanpa syarat".

"Sampai kapan kalian akan terus menanggung malu karena menyaksikan pembantaian ini, dan menjadi kaki tangannya?" tanyanya.

Sementara anak-anak meninggal di Gaza, Ramallah, dan Lebanon, dan bayi-bayi meninggal di inkubator, Erdogan mengatakan masyarakat internasional juga telah memberikan "catatan yang sangat buruk tentang dirinya sendiri."

Apa yang terjadi di Palestina merupakan "indikator kemerosotan moral yang besar," imbuhnya.

"Saya juga ingin mengungkapkan suatu kebenaran dengan lantang dan jelas.

"Dengan mengabaikan hak asasi manusia yang mendasar, pemerintah Israel sedang melakukan pembersihan etnis, genosida terang-terangan terhadap suatu bangsa, suatu masyarakat, dan menduduki wilayah mereka selangkah demi selangkah," ungkapnya kepada Majelis.

Satu-satunya alasan agresi Israel terhadap rakyat Palestina adalah "dukungan tanpa syarat" dari segelintir negara terhadap Israel, kata Erdogan,

"Mereka yang seharusnya bekerja untuk gencatan senjata di pusat perhatian terus mengirim senjata dan amunisi ke Israel di belakang panggung, sehingga Israel dapat melanjutkan pembantaiannya. Ini adalah inkonsistensi dan ketidakjujuran," tambah dia.

'Tindakan pengalihan Israel tidak boleh lagi dapat pujian'

Beralih ke usulan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera di Gaza, Erdogan mengatakan dokumen tersebut telah "berputar-putar" sejak bulan Mei.

Meskipun kelompok perlawanan Palestina, Hamas, telah berulang kali menyatakan penerimaannya terhadap usulan tersebut, Erdogan menekankan pemerintah Israel telah "dengan sangat jelas menunjukkan bahwa mereka adalah pihak yang tidak menginginkan perdamaian dengan terus menghambat proses tersebut, terus-menerus mencari alasan, dan dengan licik membunuh lawan bicara yang diajaknya berunding pada saat gencatan senjata sudah paling dekat."

"Tidak seharusnya ada lagi penghargaan yang diberikan kepada tindakan pengalihan perhatian dan penipuan Israel," imbuh dia.

Menuntut gencatan senjata "segera dan permanen", pertukaran sandera-tahanan, bantuan kemanusiaan tanpa henti ke Gaza, Erdogan mengatakan Türkiye terus melanjutkan upaya bantuan kemanusiaannya untuk warga Palestina.

"Dengan jumlah bantuan yang melebihi 60.000 ton, Turkiye adalah negara yang mengirimkan bantuan terbanyak ke Gaza," katanya.

Hati nurani rakyat Turkiye tidak akan tenang sampai mereka yang membunuh 41.000 korban "diminta pertanggungjawaban kejahatan yang mereka lakukan, dari orang yang memberi perintah hingga mereka yang menarik pelatuk dan menjatuhkan bom," tutur dia.

"Tagihan kerugian miliaran dolar di kota-kota yang hancur, musnah, dan hancur total harus dan pasti akan dikompensasi oleh para pelaku," tegas Erdogan.

Erdogan menegaskan bahwa Ankara mendukung gugatan hukum yang diajukan oleh Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) untuk memastikan bahwa "kejahatan yang dilakukan oleh Israel tidak luput dari hukuman."

Turkiye akan mengambil semua langkah untuk memastikan keadilan ditegakkan dalam kasus ini, di mana Ankara telah mengajukan permohonan intervensi.

"Kami akan melakukan segala upaya hukum untuk mencari keadilan bagi putri kami Aysenur Ezgi Eygi, yang ditembak di kepala oleh tentara Israel saat melakukan protes damai di Nablus," tambahnya.

Meskipun ada kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata di Gaza, Erdogan mengatakan isu utamanya adalah "pendudukan wilayah Palestina oleh Israel," karena ia menyerukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan bersebelahan secara geografis berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

'Masalah kita dengan kebijakan pembantaian pemerintah Israel'

Menyoroti meningkatnya serangan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Al-Haram Al-Sharif, Erdogan mengatakan “terus terang” bahwa Turki dan bangsa Turki tidak memiliki permusuhan terhadap rakyat Israel.

"Kami menentang antisemitisme sama seperti kami menentang penargetan kaum Muslim hanya karena keyakinan mereka.

"Masalah kita adalah kebijakan pembantaian pemerintah Israel. Masalah kita lagi-lagi adalah penindas dan tirani, sama seperti lima abad lalu," imbuhnya.

Israel telah melanjutkan serangan brutal terhadap Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan hampir 1.200 warga Israel, menurut angka-angka Israel, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 41.400 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 95.700 orang.

Ketegangan juga meningkat antara kelompok Lebanon, Hizbullah, dan Israel di tengah meningkatnya serangan lintas perbatasan dan meningkatnya kekhawatiran akan perang skala penuh di wilayah tersebut.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.