Nasional

Peneliti: Hoaks Suriah tersebar ke Indonesia, digunakan gerakan ekstrem

Hoaks di Suriah sengaja diproduksi secara global dengan biaya mahal, dan diduplikasi oleh orang Indonesia, ujar peneliti

Hayati Nupus  | 18.01.2019 - Update : 18.01.2019
Peneliti: Hoaks Suriah tersebar ke Indonesia, digunakan gerakan ekstrem Para pembicara memaparkan kondisi dampak hoaks Suriah ke Indonesia dalam diskusi Prahara Suriah: Hoaks, Media Sosial dan Perpecahan Bangsa, di Jakarta, Jumat, 18 Januari 2019. (Hayati Nupus – Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Hayati Nupus

JAKARTA 

Peneliti mengungkapkan bahwa hoaks soal Suriah menyebar ke Indonesia dan digunakan oleh gerakan ekstrem yang menuntut berdirinya khilafah di nusantara.

Peneliti Timur Tengah Dina Sulaiman menceritakan pada 2011 tersebar foto-foto di beragam media sosial yang menyebutkan pembantaian di Suriah, diiringi seruan agar khilafah ditegakkan di Indonesia.

Foto itu, lanjut Dina, berupa gambar seorang perempuan dengan genangan darah, bayi di antara reruntuhan dan foto anak kecil mati.

“Saya coba cek pakai Google Image, ternyata hoaks, itu bukan terjadi di Suriah tapi di Palestina” ujar Dina, dalam diskusi Prahara Suriah: Hoaks, Media Sosial dan Perpecahan Bangsa, Jumat, di Jakarta.

Selain itu, lanjut Dina, tersebar juga foto kursi listrik yang menyebutkan bahwa kursi itu digunakan pemerintah pimpinan Bashar Al-Assad untuk menyiksa kaum Sunni di Suriah.

Setelah dicek, imbuh Dina, ternyata lokasi foto kursi itu di Spanyol.

Bahkan konflik Sunni-Syiah seperti yang digembor-gemborkan kelompok ekstrem di Indonesia, ujar Dinna, juga tidak terjadi di Suriah.

Informasi hoaks soal Suriah itu, kata Dinna, masih kerap tersebar di berbagai media sosial hingga kini.

Hoaks di Suriah, menurut Dinna, diproduksi secara global dengan biaya mahal. Bahkan kampanye informasi hoaks itu dilakukan dengan perusahaan public relation.

Di Indonesia, kata Dina, narasi serupa bermunculan. Orang Indonesia membenci pemerintahan Suriah pimpinan Assad namun kebencian itu ditumpahkan ke orang Indonesia.

“Ada perubahan perilaku, mereka sering mendengar orang Suriah bilang ‘gantung, gantung’ dan menduplikasi kata serupa secara verbal di Indonesia,” ujar Dina.

“Walaupun baru secara verbal, ini proses radikalisasi, kebencian yang berasal dari hoaks,” sambung Dina.

Meski belum sampai melakukan aksi teror dan baru sampai pada tahap radikal, menurut Rina, fenomena itu tetap saja berbahaya karena memicu perpecahan bangsa.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın